Seputarforex - Duet USD/JPY melanjutkan kemerosotannya sampai ke bawah ambang 154.00 dalam perdagangan hari Kamis (2/Mei). Pasar menduga pergerakan kurs yen yang sangat tajam itu terjadi lantaran adanya intervensi lanjutan oleh pihak berwenang Jepang.
Pergerakan tajam dalam yen terjadi pada dini hari tadi, tepatnya saat pasar sepi seusai penutupan pasar New York dan berakhirnya pengumuman kebijakan Federal Reserve. Dolar AS pada saat itu sudah mulai melemah lantaran Federal Reserve tidak menyampaikan sikap hawkish yang diharapkan oleh pelaku pasar.
Masato Kanda, Wakil Menteri Keuangan untuk Urusan Luar Negeri, menolak berkomentar mengenai apakah Jepang telah melaksanakan intervensi lagi. Namun, sejumlah trader mensinyalir Jepang berupaya memanfaatkan situasi untuk menekan USD/JPY lebih lanjut.
Brad Bechtel, kepala FX global di Jefferies, mengatakan kepada Reuters bahwa waktu intervensi itu "pragmatis" karena "volumenya ringan, likuiditasnya tipis, dan mudah untuk berdampak pada saat itu". Bechtel menambahkan, "Jelas mereka ingin membuat dampak sebesar-besarnya dan melakukannya seefisien mungkin".
Apabila intervensi benar-benar telah terjadi lagi, berarti Jepang masuk ke pasar mata uang dalam minimal tiga gelombang pada minggu ini. Data BoJ menunjukkan bahwa Jepang kemungkinan telah menggelontorkan dana sekitar 5.5 triliun yen (35.06 miliar USD) pada hari Senin dan 3.66 triliun yen (23.59 miliar USD) pada hari Rabu untuk mendongkrak kurs yen Jepang.
Pelaku pasar tetap ragu kalau intervensi Jepang dapat mendorong penguatan yen secara berkelanjutan. Faktor utama yang memicu pelemahan yen adalah rendahnya suku bunga BoJ dibandingkan bank sentral utama lainnya. Selama situasi itu tak berubah, yen berisiko melemah kembali.
"Saya kira intervensi saja tidak dapat membatasi dolar-yen," kata Niels Christensen, kepala analis di Nordea, "Bank of Japan terus enggan menaikkan suku bunga utama, yang menjadi salah satu alasan mengapa saya memperkirakan pasar akan menguji sisi atas dalam dolar-yen."
Pelaku pasar berikutnya akan fokus pada rilis data Nonfarm Payroll besok. Angka-angka aktual yang lebih baik ataupun lebih buruk berpotensi mengguncang pasar. Apalagi, Ketua The Fed Jerome Powell kemarin menegaskan bahwa keputusan suku bunga kelak akan tergantung pada data.