EUR/USD 1.067   |   USD/JPY 154.850   |   GBP/USD 1.237   |   AUD/USD 0.645   |   Gold 2,323.59/oz   |   Silver 27.35/oz   |   Wall Street 38,400.15   |   Nasdaq 15,696.64   |   IDX 7,174.53   |   Bitcoin 66,837.68   |   Ethereum 3,201.65   |   Litecoin 85.47   |   USD/CAD pertahankan pemulihan moderat, tetap di bawah level 1.3700 Jelang data AS, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   NZD/USD menembus ke segitiga simetris, naik ke dekat level 0.5950, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Bank Indonesia menaikkan suku bunga bulan April ke 6.25%, 8 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF bertahan stabil di sekitar 0.9150, sejalan dengan level tertinggi enam bulan, 8 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average naik 0.69% menjadi 38,503. Indeks S&P 500 naik 1.20% menjadi 5,070. Nasdaq Composite naik 1.59% menjadi 15,696, 13 jam lalu, #Saham AS   |   PT Bumi Resources Tbk (BUMI) membukukan kenaikan laba bersih, mengantongi pendapatan senilai $311.01 juta hingga Maret 2024, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) mencetak pendapatan sebesar Rp994.15 miliar dengan laba bersih Rp129.11 miliar, 13 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG) menyiapkan dana Rp800 miliar yang bersumber dari kas internal untuk mengeksekusi rencana buyback 396.50 juta saham, 13 jam lalu, #Saham Indonesia

16 Indikator Ekonomi Penting (1)

Penulis

Penting bagi kita sebagai pelaku pasar untuk mengetahui indikator ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, agar bisa mengambil keputusan yang tepat dalam trading.

Para pakar dan analis selalu membicarakan arah perekonomian berdasarkan pembacaan atas indikator-indikator ekonomi penting, dan itu memang pekerjaan mereka. Namun, seperti yang Anda ketahui, sering kali prediksi mereka salah.

Sebagai contoh, kepala The Fed Ben Bernanke pada tahun 2007 pernah memprediksikan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengalami resesi. Saat itu, ia mengatakan bahwa pasar saham dan perumahan sangat menjanjikan. Tetapi, perkiraan Bernanke tersebut ternyata keliru.

Karena prediksi para pakar tidak selalu benar, maka penting bagi kita sebagai pelaku pasar untuk mengerti dan memperhatikan perkembangan ekonomi dan faktor-faktor yang bisa mempengaruhinya. Sehingga, kita bisa mengambil keputusan yang tepat dalam investasi jangka panjang maupun trading forex.

Indikator Ekonomi Penting

Secara umum, indikator ekonomi penting yang perlu kita ketahui, dapat dibagi dua:

  1. Indikator-indikator leading (leading indicators), yaitu indikator yang akan berubah mendahului keadaan sebenarnya, dan indikator leading ini digunakan untuk memprediksikan trend pada waktu yang akan datang.
  2. Indikator-indikator lagging (lagging indicators), yaitu indikator yang berubah setelah trend terbentuk. Meski tidak menunjukkan arah pergerakan ekonomi, indikator lagging mengkonfirmasi perubahan yang telah terjadi, dan mengindikasikan perubahan kondisi ekonomi dalam jangka panjang.

 

Indikator Ekonomi Penting Bersifat Leading

Karena indikator leading sangat potensial untuk memprediksikan arah perekonomian, maka penentu kebijakan fiskal (pemerintah) dan moneter (bank sentral) menggunakannya sebagai acuan, dalam mengatur kebijakannya untuk menghindari resesi atau dampak negatif lain dalam perekonomian. Indikator ekonomi penting bersifat leading yang sering diperhatikan ada tujuh jenis.

Indikator Ekonomi Penting

1. Pasar Saham

Meski pasar saham bukan indikator yang paling penting, tetapi indeks harga saham adalah yang pertama kali dilihat pelaku pasar untuk mengetahui perkembangan ekonomi saat ini. Harga saham mencerminkan harapan perolehan badan-badan usaha milik negara maupun perusahaan swasta sebagai salah satu pelaku yang memegang kendali arah perekonomian.

Jika harga-harga saham (terutama saham Blue-Chips) naik, maka pendapatan pelaku ekonomi akan meningkat sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan naik. Sebaliknya, jika pendapatan perusahaan merosot terus menerus, maka dalam jangka waktu tertentu diperkirakan akan terjadi resesi.

Namun demikian, kita tidak bisa hanya mengandalkan pada indikator pasar saham. Mengapa? Karena ada dua hal:

  • Perkiraan pendapatan sebuah perusahaan bisa saja meleset.
  • Harga saham cenderung rawan untuk dimanipulasi. Istilah yang sering kita dengar adalah "digoreng". Hal ini tidak hanya terjadi di bursa saham negara-negara berkembang tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat dan Jepang.

Di bursa Wall Street (AS) pernah terjadi "window dressing" (semacam manipulasi terhadap kinerja perusahaan) terhadap sejumlah saham Blue-Chip, hingga volume perdagangan saham tersebut meningkat dengan pesat. Dalam hal ini, jelas harga saham yang dimanipulasi tersebut tidak mencerminkan kekuatan harga yang sebenarnya (strength of value).

Selain itu, harga-harga saham cenderung untuk menggelembung (bubbles). Kondisi bubble biasanya mengindikasikan sedang terjadi penggorengan saham besar-besaran, atau mencerminkan kelatahan para pelaku pasar untuk cenderung membeli saham-saham yang harganya sedang meningkat, tanpa mempedulikan faktor pendukung dari indikator ekonomi lainnya.

Keadaan ini akan sangat rentan dengan koreksi yang pada akhirnya bisa menyebabkan crash di pasar saham, seperti yang terjadi tahun 1929-1930 (The Great Depression). Terakhir kali kita tahu hal semacam ini terjadi pada tahun 2008, meski tidak separah tahun 1929-1930.

 

2. Aktivitas Manufaktur

Indikator ekonomi penting ini akan mempengaruhi pertumbuhan atau GDP (Gross Domestic Product). Aktivitas manufaktur yang meningkat akan menunjukkan naiknya permintaan, yang pada akhirnya menggerakkan roda perekonomian. Selain itu, aktivitas manufaktur yang meningkat dengan pesat menandakan ekspansi ekonomi, mengakibatkan bertambahnya tenaga kerja, dan meningkatnya pendapatan masyarakat.

Permintaan produk manufaktur tidak hanya dari dalam negeri, melainkan juga dari negara partner dagang. Oleh karena itu, aktivitas manufaktur yang meningkat juga bisa mempengaruhi volume ekspor negara tersebut, serta pada akhirnya berdampak pada neraca perdagangan. Seperti diketahui, neraca perdagangan yang surplus akan cenderung memperkuat nilai mata uang negara tersebut.

3. Level Persediaan Barang (Inventory Level)

Persediaan barang yang meningkat menunjukkan dua kemungkinan:

  • naiknya permintaan hingga wholesaler atau distributor harus menambah persediaan barang, atau
  • merosotnya permintaan hingga persediaan menumpuk akibat bertambahnya pasokan dari pabrik, sementara permintaan dari retailer berkurang.

Pada kemungkinan pertama, persediaan sengaja ditambah untuk mengantisipasi permintaan yang meningkat. Jika sesuai dengan perkiraan, maka level persediaan barang yang tinggi akan meningkatkan keuntungan distributor dan produsen, sehingga berdampak positif pada perekonomian. Sebaliknya, bila kemungkinan kedua yang terjadi, maka pasokan melebihi permintaan. Selain menyebabkan turunnya harga barang, biaya penyimpanan dan operasional bisa merugikan distributor dan produsen.

Kedua kemungkinan tersebut juga bisa diketahui dari perubahan indikator penjualan ritel (Retail Sales) dan indeks kepercayaan konsumen. Sehingga, laporan level persediaan jarang diperhatikan. Para pelaku lebih cenderung mengamati penjualan retail. Namun, data level persediaan barang sangat berarti bagi produsen dan tak kalah pentingnya dari data penjualan ritel.

 

4. Penjualan Retail (Retail Sales)

Seperti telah disebutkan sebelumnya, indikator ekonomi penting ini sangat berhubungan dengan level persediaan barang dan aktivitas manufaktur. Barang-barang retail berhubungan langsung ke konsumen dan sangat berdampak pada tingkat inflasi. Untuk memilah kategori barang manufaktur yang mempengaruhi inflasi, indikator ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • penjualan retail inti (Core Retail Sales) yang tidak memperhitungkan penjualan otomotif, dan
  • penjualan retail total (Retail Sales).

Para analis sering menyimpulkan bahwa peningkatan data penjualan retail akan ikut menyumbang kenaikan GDP, yang pada akhirnya akan memperkuat nilai tukar mata uang. Namun, data ini tetap ada kekurangannya.

Kekurangan dari data Penjualan Retail antara lain adalah tidak menyebutkan bagaimana konsumen membeli barang-barang tersebut, misalnya apakah konsumen mendapatkan barang tersebut dengan berhutang atau dengan dana yang diperoleh dari pinjaman. Jika sebagian besar konsumen membayar dengan kredit, atau dengan uang hasil pinjaman, maka potensi kredit macet bisa saja terjadi dan menimbulkan masalah ekonomi lainnya. Namun demikian, pada umumnya meningkatnya data penjualan retail akan berdampak positif pada perekonomian.

5. Building Permits (Ijin Pendirian Bangunan)

Building Permits atau ijin pekerjaan konstruksi dan pembangunan perumahan baru menunjukkan prediksi ketersediaan bangunan atau real estate untuk waktu yang akan datang. Bertambahnya jumlah Building Permits mengindikasikan tumbuhnya industri konstruksi yang tentunya akan diikuti oleh pertambahan kebutuhan tenaga kerja dan meningkatnya pendapatan perusahaan konstruksi dan perumahan, yang juga akan menyumbang kenaikan angka GDP.

Namun demikian, seperti halnya level persediaan barang (inventory level); jika makin banyak rumah baru yang dibangun hingga melebihi kebutuhan konsumen, maka level pasokan rumah akan lebih besar dari permintaan pasar. Surplus dapat mengakibatkan merosotnya harga. Pada gilirannya, tidak hanya perumahan baru yang harganya merosot, melainkan juga perumahan atau bangunan yang sudah eksis.

 

6. Pasar Perumahan (Housing Market)

Turunnya harga perumahan adalah koreksi dari inflasi pasar perumahan, akibat penggelembungan harga (bubble). Jika pasar perumahan sedang lesu, maka akan berdampak negatif pada perekonomian karena kekayaan pemilik rumah akan berkurang akibat merosotnya harga. Selain itu, tenaga kerja di bidang konstruksi dan pemasaran rumah atau bangunan akan berkurang, dan meyebabkan bertambahnya angka pengangguran. Pendapatan pemerintah dari pajak perumahan dan bangunan juga akan berkurang, dan hal ini akan berdampak pada kondisi fiskal pemerintah.

Sebaliknya, inflasi pasar perumahan yang sangat tinggi bisa membahayakan perekonomian, seperti yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2007 silam. Housing bubble sering disebut-sebut sebagai biang kerok resesi yang terjadi di AS saat itu. Oleh karena itu, pelaku pasar biasanya mengamati bermacam-macam data perumahan sekaligus di setiap periode.

Jika dituangkan secara efektif dalam infografi, berikut adalah dampak data perumahan terhadap ekonomi:

Infografi dampak harga perumahan

 

7. Jumlah Bisnis Baru (New Businesses Startups)

Biasanya, yang dimaksud dengan New Business Startups adalah tumbuhnya bisnis-bisnis baru skala kecil dan menengah, termasuk home industries dan sektor informal. Jenis bisnis semacam ini selalu tumbuh silih berganti seiring dengan pendapatan masyarakat.

Dari survei yang pernah dilakukan, jumlah perekrutan tenaga kerja pada sektor ini dalam suatu periode tertentu lebih besar dari perusahaan yang lebih besar, sehingga ikut memberi kontribusi dalam mengurangi tingkat pengangguran.

Di negara-negara sedang berkembang, bisnis skala kecil dan menengah memberikan kontribusi yang signifikan pada Gross Domestic Product (GDP). Ide, inovasi dan produk yang dihasilkan bisa meningkatkan volume perdagangan. Bahkan di negara maju seperti Jepang, pemerintahnya sangat memperhatikan perkembangan bisnis baru skala kecil dan menengah yang sedang tumbuh.

Bersambung ke bagian (2)

131128
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.


Gog
pasar saham merupakan indi penting untuk mata uang , contohnya waktu ada pelemahan IHSG dari bulan mei 2013 kemarin ,rupiah pun melemah sampai sekarang ke 12000.
Wan_ricky
@GOG: berarti kalo begitu pasar saham dong yang mempengaruhi mata uang? apa itu selalu begitu? saham berpengaruh ke nilai tukar??
Anto Rianto
Melihat sifatnya sebagai indikator leading, sepertinya memang seperti itu. Acuannya kan situasi ekonomi di negara itu, kalau kondisi pendapatan perusahaannya bagus berarti ekonominya juga bagus, behitu juga sebaliknya. Tapi kenyataannya ini jadi kurang diandalkan karena hasilnya yang rawan dimanipulasi.

Analisa forex dengan saham biasanya lebih mengacu ke analisa intermarket. Untuk fundamental sehari-hri trader umumnya tetap lebih sering menggunakan indikator ekonomi lain yang bersifat makro.
Ox
bagus nih penjelasan nya bung martin, sya tertarik untuk menyimak bagian selanjut nyaa...

untung jumlah indikator nya tetep 16, sya kirain 16 indikator di part 1 trus ada 16 indikator lain di part 2 dst. hehehehehehehehe....

Ibnu Msd
Mngp indikator ekonomi di fndmntl ini jg msti dbagi ke indikator leading n lagging? apa klo kita analisax jd satu ja bs bkin hsilnya krg efektif kyk wkt kita campurin indikator2 d analisa teknikal?
Anto Rianto
Mungkin tidak akan membawa pengaruh yang fatal seperti jika trader salah menempatkan indikator teknikal sebagai indikator yang leading dan lagging. Dalam memperhatikan isi berita ekonomi untuk analisa fundamental, yang paling penting adalah trader mengetahui seberapa besar dampaknya terhadap perubahan harga, serta korelasinya dengan naik turunnya nilai mata uang. Pemahaman indikator ekonomi yang dikelompokkan ke dalam kategori leading dan lagging ini berfungsi untuk membantu trader memahami tiap-tiap indikator dan pengaruhnya serta hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai seorang analis fundamental, trader memang semestinya bisa menganalisa pergerakan harga bukan hanya setelah suatu data dirilis, tapi dari menyimpulkan kecenderungan pergerakan harga dari analisa yang dikumpulkan dari berbagai data ekonomi dalam suatu jangka waktu tertentu. Mengetahui apakah indikator itu sifatnya mendahului atau mengkonfirmasi kondisi ekonomi akan membantu trader untuk menyimpulkan analisanya dengan lebih baik.
Martin S
@ wan_ricky :
tidak selalu, tergantung dari faktor penyebabnya. Pernah Dow Jones dan S&P500 naik tetapi USD biasa-biasa saja. Kalau penyebabnya karena sentimen biasanya jika indeks saham melemah maka mata uang menguat dan sebaliknya, karena aliran investasi beralih dari pasar saham ke pasar uang atau sebaliknya. Meski begitu pasar saham bisa digunakan sebagai indikator bagi pasar uang dan mempunyai korelasi tertentu. Untuk penjelasannya bisa dibaca disini.
Martin S
@ Ibnu Msd:
analisa fundamental dan teknikal berbeda Pak, kalau teknikal pakai hitungan matematika sedang fundamental adalah perkiraan berdasarkan data-data yang terkumpul.

Indikator lagging dan leading sama pentingnya, indikator leading adalah indikator awal seperti retail sales yang merupakan indikator awal dari GDP. Retail sales dan GDP keduanya berdampak tinggi, Juga CPI yang indikator awal dari tingkat suku bunga, keduanya berdampak tinggi.
Agus Bastian
rilis NFP atau rilis laporan tenaga kerja di AS itu termasuk leading atau lagging indikator yah?
Martin S
@ Agus Bastian:
Termasuk leading indicator bagi pengeluaran konsumen dan kemungkinan perubahan suku bunga. Jika NFP naik signifikan beberapa bulan berturut-turut maka kemungkinan The Fed akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga.
Baca juga: Non-Farm Payrolls Dan Nilai Tukar USD
Ulung

Ini salah satu rilis data yg dinanti2 banyak trader

Polo Kurnia

Informasi yang sangat mencerahkan. Terima kasih pak Martin.

Muktia3005
Hallo pak ...Apakah jual buku tentang fundamental pak ..?
Seputarforex
Selamat pagi Muktia, Anda bisa belajar tentang fundamental di halaman berikut. Kami juga menyediakan ebook yang bisa Anda download dengan gratis di halaman ini.