Pada bagian ke-4 ini akan dibahas mengenai 3 data fundamental penting yang mempengaruhi permintaan akan mata uang suatu negara, yaitu produk domestik bruto atau Gross Domestic Product (GDP), tingkat inflasi atau Consumer Price Index (CPI) dan data tenaga kerja atau Employment figures. Ke-3 indikator tersebut mencerminkan kekuatan ekonomi suatu negara yang secara langsung bisa berdampak pada nilai tukar mata uang negara tersebut.
Strategi apapun yang Anda gunakan dalam trading, Anda harus memonitor ke-3 data tersebut untuk mengetahui kecenderungan nilai tukar akibat aliran uang yang masuk ke atau keluar dari negara tersebut. Negara dengan perekonomian yang kuat akan cenderung menarik investor sehingga aliran uang yang masuk ke negara tersebut akan bertambah, dan sebaliknya.
Gross Domestic Product (GDP)
Gross Domestic Product (GDP) mengukur perubahan yang spesifik pada pola pertumbuhan ekonomi dengan memperhitungkan konsumsi sektor rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi domestik dan volume ekspor suatu negara. Jika pertumbuhan GDP meningkat, berarti terjadi ekspansi ekonomi yang akan menyebabkan tingginya permintaan akan mata uang negara tersebut. Sebaliknya, jika pertumbuhan GDP turun atau mengalami kontraksi, maka permintaan mata uang negara tersebut akan berkurang.
Selain itu, perubahan angka pertumbuhan tersebut akan menyebabkan perubahan tingkat inflasi, dan bank sentral akan melakukan perubahan kebijakan moneter sesuai dengan target inflasi yang diharapkan.
Pada sebagian besar negara di dunia, mata uang utama GDP dirilis per kwartal. Data rilis adalah persentasi perubahan angka pertumbuhan dibandingkan dengan periode sebelumnya, dan bisa direvisi pada rilis data berikutnya. Berikut contoh GDP Amerika Serikat (per kwartal) yang dirilis oleh Biro Analisa Ekonomi tahun 2008 - 2013, dimana GDP kwartal ke 4 tahun 2013 direvisi dari 2.4% menjadi 2.6% (hasil rilis tanggal 27 Maret 2014).
Tingkat Inflasi atau Consumer Price Index (CPI)
CPI adalah indikator yang oleh sebagian besar negara-negara mata uang utama dirilis per bulan. Indikator ini dibuat untuk mengukur tingkat inflasi pada periode bulan sebelumnya. CPI mengukur tingkat inflasi secara spesifik dengan memperhitungkan daya beli (purchasing power) konsumen dan perubahan harga-harga barang dan jasa di tingkat konsumen. Harga-harga yang naik dengan tajam secara terus menerus dalam suatu periode, menunjukkan tingkat inflasi yang tinggi sekaligus meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, tingkat inflasi yang rendah menunjukkan pertumbuhan ekonomi sedang menurun, dan bank sentral akan berusaha merangsang aktivitas perekonomian dengan menurunkan tingkat suku bunga atau melakukan operasi pasar untuk meningkatkan jumlah uang beredar. Dalam hal inflasi yang tinggi, bank sentral akan berusaha mempengaruhi permintaan uang dengan menaikkan tingkat suku bunga.
Berikut contoh data perubahan CPI AS per bulan yang dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, antara April 2012 - Maret 2014 (dirilis oleh Biro Tenaga Kerja AS).
Data Tenaga Kerja atau Employment Figures
Jumlah tenaga kerja sangat tergantung dari jumlah pekerjaan (job) yang tersedia. Angka pekerja aktif sangat berdampak pada kondisi perekonomian suatu negara. Perekonomian yang sedang booming akan menawarkan banyak kesempatan kerja sehingga mengurangi angka pengangguran. Sebaliknya kontraksi ekonomi akan menyebabkan naiknya angka pengangguran yang bisa membahayakan perekonomian.
Ada beberapa indikator jumlah tenaga kerja yang biasanya dirilis sekali dalam sebulan, salah satunya adalah Non-Farm Payroll AS yang selalu diperhatikan oleh para pelaku pasar. Sesuai dengan namanya, indikator ini mengukur perubahan jumlah tenaga kerja di luar sektor pertanian yang dianggap mencerminkan kekuatan perekonomian AS. Di negara-negara mata uang utama lainnya, indikator ini disebut dengan perubahan jumlah job atau Employment Change, seperti di Australia, Canada dan kawasan Euro.