iklan | iklan |
Salah satu indikator teknikal yang sederhana sekaligus paling populer adalah Moving Average. Karena mudah digunakan, indikator itu juga kerap dimanfaatkan oleh trader pemula, bahkan menjadi indikator yang mereka kenal pertama kali. Tak heran, Moving Average tersedia di semua platform trading.
Moving Average identik sebagai komponen utama dari analisa teknikal. Seperti diketahui analisa teknikal adalah metode untuk mengevaluasi pergerakan harga guna memperoleh prediksi arah pergerakan selanjutnya. Evaluasi dilakukan dengan cara menganalisa pola pergerakan harga pada chart (chart pattern) atau secara perhitungan matematika, atau kombinasi keduanya.
Bagi trader forex yang sering menggunakan analisa teknikal, memahami sifat-sifat indikator teknikal sangat diperlukan guna menghindari salah aplikasi, misalnya menerapkan indikator untuk pergerakan harga trending ke kondisi pasar yang sideways (ranging) atau sebaliknya, sehingga banyak menimbulkan noise atau kesalahan. Moving Average termasuk indikator yang harus didalami trader.
Moving Average (MA) adalah salah satu indikator teknikal untuk membaca pergerakan harga yang sedang trending. Arah gerak garis MA menunjukkan arah tren yang sedang terjadi. Garis MA yang bergerak keatas menunjukkan keadaan uptrend. Sebaliknya garis MA yang bergerak ke bawah menunjukkan keadaan downtrend. Garis Moving Average dibentuk dari nilai rata-rata pergerakan harga pada suatu periode waktu tertentu.
Tidak ada ketentuan baku untuk menentukan periode waktu MA, namun untuk jangka menengah biasanya digunakan pergerakan rata-rata dalam 21 hari atau MA-21 daily, sedang untuk jangka panjang umumnya MA-200 daily.
Simak juga: Platform Trading Dengan Segudang Indikator Terpopuler
Pada dasarnya Moving Average ada 3 macam, yaitu:
- Simple Moving Average (SMA)
- Exponential Moving Average (EMA)
- Weighted moving Average (WMA)
Simple Moving Average (SMA)
SMA mengukur harga rata-rata dalam suatu periode waktu secara sederhana. Misalnya SMA dalam 5 hari, atau SMA-5 daily, menunjukkan harga total selama 5 hari dibagi dengan periode waktu (5). Bergantung pada kebutuhan analisa, harga yang diukur bisa harga pembukaan (opening price), harga penutupan (closing price), harga tertinggi (H), harga terendah (L) atau harga median (H+L) / 2. Untuk analisa praktis, biasanya digunakan harga penutupan.
Berikut contoh untuk menghitung SMA harga penutupan pada periode 5 hari (SMA-5 daily):
Untuk mengetahui nilai SMA-5 daily (harga penutupan) pasangan CAD/JPY pada 7 Januari 2011 kita bisa menentukan dengan menjumlahkan harga penutupan harian mulai dari tanggal 3 Januari hingga 7 Januari kemudian dibagi 5, yaitu: (82.22+82.14+83.58+83.58+83.69) / 5 = 83.04.
Sedang nilai SMA untuk hari berikutnya (Senin, 10 Januari), kita jumlahkan harga penutupan mulai tanggal 4, 5, 6, 7 dan 10 Januari kemudian dibagi 5, dan seterusnya untuk hari berikutnya. Demikian juga untuk menghitung SMA pada periode waktu yang berbeda.
Untuk memperhalus fluktuasi harga dan mempermudah dalam melakukan evaluasi, kita bisa memperbesar periode pengukuran SMA seperti pada contoh berikut.
Pada chart di atas kita menggunakan SMA-5 (garis merah) dan SMA-21 (garis biru). Tampak di gambar bahwa makin kecil periode pengukuran, akan makin sensitif. Hal itu berlaku sebaliknya.
Tetapi kekurangannya, semakin kecil periode pengukuran, makin sulit membaca tren secara keseluruhan sebab garis SMA terlalu dekat dengan pergerakan harga (candlestick). Pada umumnya, untuk Simpe Moving Average daily periode yang sering digunakan adalah 21, 55, 100 dan 200. Lebih besar dari 200 tidak dianjurkan karena kurang sensitif. SMA-200 daily cukup populer digunakan untuk mengetahui garis besar tren yang sedang terjadi.
Komentar : 8