Kondisi pasar yang bergerak naik turun dan terkadang bergerak dengan cepat, cenderung membuat semua pelaku ingin mendapatkan keuntungan dalam kondisi apapun. Mayoritas trader meyakini tidak ada transaksi yang lebih menguntungkan melebihi transaksi dengan mengikuti market trend. Namun ada juga yang sebaliknya.
Dalam melihat market trend, terdapat dua kategori trader yang bermain didalamnya. Ada yang memilih untuk menjadi trend follower dan ada juga yang bermain sebagai trend counter. Meskipun tidak ada jawaban pasti untuk menentukan mana yang lebih baik, disini kita akan menelaah lebih dalam tentang kedua aliran trader tersebut.
Trend Follower bagi mereka yang bermain aman
Jika dilihat dari situasi dan kondisi yang tidak jelas, kita tidak pernah mengetahui kapan market akan berubah. Kita hanya mampu memprediksikan kapan market akan berubah, dengan kata lain marketlah yang memutuskan. Sebagai trader pastinya kita hanya bisa mengikuti perubahan yang telah ditentukan oleh market. ”History repeat itself”, kecenderungan pola untuk terjadi berulang dalam market bisa dimanfaatkan dalam bertransaksi, sehingga peluang untuk meraih profit lebih besar disini.
Sebagian besar para pelaku pasar ialah seorang trend follower. Mereka akan masuk ke pasar ketika trend telah terbentuk. Para trend follower ini biasanya menggunakan analisa teknikal seperti penerapan indikator Moving Average untuk menentukan entry point. Seorang fundamentalis juga bisa menggunakan analisa fundamental berdasarkan event serta berita yang terjadi dan merangkumnya agar dapat menentukan, apakah trend akan berlangsung dalam jangka panjang atau tidak.
Terdapat 2 (dua) kondisi yang dominan serta mampu mempengaruhi trend market, yakni uptrend dan downtrend. Bagi seorang trend follower pastinya diwajibkan untuk mengambil posisi buy disaat market dalam kondisi uptrend dan posisi sell disaat downtrend. Alasan kenapa mereka mengikuti trend market ialah selain bersifat low risk juga dapat memperbesar peluang profit. "Ikuti trend, trend adalah sahabatmu".
Trend Counter untuk mereka yang telah berpengalaman dan menginginkan sebuah tantangan
Bagi follower mungkin pemikiran diatas ada benarnya, akan tetapi tidak bagi trader yang telah berpengalaman maupun yang menginginkan sebuah tantangan. Dimana terkadang dalam situasi tertentu mereka justru mengambil posisi yang berlawanan arah dengan trend market, seperti melakukan open buy ketika pasar mengalami posisi bearish dan sell saat market sedang bullish. Trader seperti ini biasanya dikenal dengan istilah “contrarian trader”.
Warren Buffet berkata “Greed when other fear and fear when other greed”
Warren Buffet adalah sosok fenomenal dari seorang trader counter trend. Mungkin bagi sebagian trader normal hal ini dianggap sesuatu yang gila dan tidak masuk akal. Tetapi bagi mereka yang bermain secara frontal, waktu terbaik untuk mengambil posisi adalah disaat trader lain tidak berani melakukannya.
Seorang contrarian trader selalu memanfaatkan perilaku manusia yang meliputi nalar, emosi, keserakahan dan ketakutan dalam menyikapi pergerakan market. Sebagai contoh, ketika market sedang bagus dan mengalami bulish secara signifikan, mayoritas para trader cenderung mengambil posisi buy dengan mudah. Disinilah para contrarian trader biasanya melakukan open posisi counter trend, dengan memprediksi akan terjadinya koreksi yang terjadi di market.
Mereka biasanya menggunakan analisa teknikal seperti fibonacci retracement untuk memprediksi koreksi, atau Volatility Index (VIX) yang mengukur sejauh mana tingkat optimisme dan pesimisme para pelaku pasar.
Menjadi seorang trend counter tidaklah mudah, karena tingkat pemahaman dan pengalaman trading serta mental yang kuat adalah hal paling utama di sini. Saat melihat harga sedag menguat, seorang trend counter tentunya juga harus lebih kuat mental dan teguh pada prinsipnya untuk tidak mengiktui arah tren. “Buy Low Sell High” adalah motivasi utama para contrarian trader untuk melakukan trend counter. Dimana ketika mereka berhasil melakukannya, maka profit yang mereka peroleh akan sangat maksimal.
Fakta
Bertrading sesuai dengan arah market bukanlah suatu hal yang asing bagi kebanyakan trader. Kita selalu mendapat penjelasan dan informasi yang menyangkut hal tersebut. Yang perlu kita lakukan adalah mematuhi rambu-rambu secara disiplin dan konsisten. Meski ada kalanya menerima kerugian, namun itu tidaklah sebesar apabila kita loss dengan posisi sebagai trend counter.
Sebaliknya, jarangnya informasi mengenai hal yang berkaitan dengan trend counter membuat transaksi yang dilakukan dapat berakibat fatal, terutama apabila mereka tidak mampu mengendalikannya. Secara teori, open posisi yang terjadi diakhir trend memang lebih menguntungkan, terlebih jika kita bisa melakukannya dengan tepat waktu saat trend sedang mendekati titik jenuh. Namun kenyataannya, itu semua bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan.
Bayangkan, berapa besar floating yang harus kita tanggung apabila kita salah menentukan keputusan disaat mencoba untuk menjadi seorang trend counter, sementara kita tidak pernah tahu kapan trend itu sendiri akan berakhir. Besarnya resiko inilah yang cenderung membuat mayoritas trader enggan menjadi trend counter.
Akhir Kata
Menjadi follower atau trend counter, semuanya sah-sah saja. Selama kita masih menjadi trader biasa yang cuma mampu menahan laju resiko kegagalan dalam skala kecil, alangkah baiknya jika kita memilih menjadi trend follower. Namun jika kita sudah memiliki cukup modal untuk menahan floating, juga punya cukup pengetahuan dan pengalaman, menjadi trend counter juga bisa dicoba.