EUR/USD 1.066   |   USD/JPY 154.370   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.644   |   Gold 2,376.39/oz   |   Silver 28.63/oz   |   Wall Street 37,775.38   |   Nasdaq 15,601.50   |   IDX 7,054.32   |   Bitcoin 63,512.75   |   Ethereum 3,066.03   |   Litecoin 80.80   |   PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat jumlah pengunjung saat libur lebaran 2024 ini mencapai 432,700 orang, 51 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 turun 0.2% menjadi 5,039, sementara Nasdaq 100 turun 0.4% menjadi 17,484 pada pukul 20:09 ET (00:09 GMT). Dow Jones turun 0.2% menjadi 37,950, 52 menit lalu, #Saham AS   |   Netflix turun hampir 5% dalam perdagangan aftermarket setelah prospek pendapatannya pada kuartal kedua meleset dari estimasi, 59 menit lalu, #Saham AS   |   Apple menghapus WhatsApp dan Threads milik Meta Platforms (NASDAQ:META) dari App Store di Cina pada hari Jumat setelah diperintahkan oleh pemerintah Cina, 1 jam lalu, #Saham AS

Krisis Gas Eropa Memburuk, Euro dan Pound Karam Serempak

Penulis

Krisis gas Eropa memburuk akibat kemungkinan pemangkasan pasokan lanjutan dari Rusia, serta meluasnya mogok kerja di Norwegia. Akibatnya, euro dan pound amblas.

Seputarforex - Pound sterling terpuruk pada level terendah 1.1957 terhadap dolar AS dalam perdagangan sesi Asia hari Rabu (6/Juli), sementara euro terpaku pada rekor terendah dua dekade yang dihuni sejak kemarin. Kedua mata uang ini terpukul oleh gelombang risk-off global sehubungan dengan kekhawatiran resesi yang timbul seiring merebaknya krisis gas Eropa, sedangkan dolar AS dan yen Jepang menguat berkat tingginya minat pasar mengincar safe haven.

GBPUSD DailyGrafik GBP/USD Daily via TradingView

 

Eskalasi Krisis Gas Eropa

Kekhawatiran pasar mencuat ketika media massa melaporkan bahwa Rusia memutus pasokan gas melalui jalur Yamal-Eropa kemarin. Pasokan via jalur pipa Nordstream 1 saat ini juga sudah merosot hingga 60% dan berpotensi ditutup dalam beberapa hari ke depan sehubungan dengan maintenance terjadwal mulai 11 Juli.

Situasi kini kian kritis karena eskalasi mogok kerja di ladang gas Norwegia berpotensi menciutkan ketersediaan gas Eropa lebih lanjut. Perusahaan BUMN bidang energi Norwegia, Equinor, telah menutup tiga ladang migas sejak Senin, serta memeringatkan bahwa aktivitas ladang-ladang lain juga terancam.

Norwegia memeringatkan bahwa pasokan gas ke Inggris kemungkinan akan putus pada akhir pekan ini jika mogok kerja karyawan meluas ke lebih banyak ladang gas. Situasi Norwegia mengancam ketahanan energi Inggris, meskipun negerinya Ratu Elizabeth II ini tak terlalu terdampak oleh pemutusan pasokan gas Rusia. Eropa juga dapat terdampak, karena gas Norwegia hanya bisa mencapai pasar Eropa melalui Inggris.

Financial Times menyebutkan bahwa hingga 60% pasokan gas Norwegia berisiko terhenti. Gassco, perusahaan BUMN operator pipa gas setempat, bahkan mengatakan bahwa "dalam skenario terburuk, pengiriman ke Inggris bisa terhenti sepenuhnya".

Inggris akan paling terdampak oleh perkembangan situasi Norwegia, karena fasilitas penyimpanan gas utama Inggris telah ditutup pada tahun 2017 akibat penghentian subsidi pemerintah. Di sisi lain, negara-negara Euro justru memiliki simpanan gas yang nyaris penuh karena sengketa dengan Rusia telah memaksa mereka menimbun sejak kuartal kedua tahun ini.

 

Risiko Penjatahan Gas

Belum diketahui bagaimana langkah pemerintah Inggris untuk menanggulangi krisis ini. PM Boris Johnson tengah menghadapi krisis politik baru, karena dua menteri dalam kabinetnya mengundurkan diri. Menteri Keuangan Rishi Sunak dan Menteri Kesehatan Sajid Javid kompak mengundurkan diri dengan alasan perbedaan visi dan kehilangan kepercayaan kepada Johnson.

Sementara itu, Jerman mengumumkan rencana untuk penjatahan jika krisis gas Eropa memburuk. Padahal, penjatahan gas dapat mengakibatkan guncangan ekonomi yang lebih buruk daripada pandemi COVID-19.

"Rencana Jerman jika krisis gas memburuk adalah untuk berpindah dari fase 2 ke fase 3 dalam skema penjatahannya. Industri akan mengalami penjatahan pasokan gasnya. Ini berisiko menimbulkan gangguan signifikan pada manufaktur dan ekspor Jerman, suatu hal yang bahkan tak terjadi di tengah lockdown COVID-19," kata Jordan Rochester, pakar strategi forex Nomura.

"Ini akan benar-benar memukul neraca perdagangan kawasan Euro dan mengakibatkan kelangkaan yang meluas (hingga) menaikkan harga-harga," lanjut Rochester, "Kami memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa EUR/USD akan menembus paritas menuju 0.98 pada Agustus, dengan risiko pergerakan tidak linear menuju 0.95."

Download Seputarforex App

297917
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.