EUR/USD 1.071   |   USD/JPY 158.190   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.655   |   Gold 2,330.24/oz   |   Silver 27.48/oz   |   Wall Street 38,239.66   |   Nasdaq 15,927.90   |   IDX 7,097.20   |   Bitcoin 63,113.23   |   Ethereum 3,262.77   |   Litecoin 83.95   |   PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) akan menerbitkan laporan keuangan periode kuartal I/2024 pada hari ini. Pendapatan diprediksi Rp2.67 triliun dengan rugi bersih Rp799 miliar, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp29.10 triliun per Maret 2024, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT PP (Persero) Tbk. (PTPP) menyiapkan pelepasan sejumlah aset properti di kawasan Monas kepada investor asing sebagai salah satu persiapan pemindahan pemerintahan ke IKN Nusantara, 3 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,1137, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 17,862, pada pukul 19:09 ET (23:09 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 38,489, 3 jam lalu, #Saham AS

Mengapa Kristin Forbes Ingin Suku Bunga BoE Naik

Penulis

Kristin Forbes adalah satu-satunya tokoh MOC yang hawkish, berbeda dengan 8 anggota MPC BoE lainnya. Inilah argumen Forbes akan suaranya dalam voting MPC.

Seputarforex.com - Kristin Forbes adalah salah seorang anggota MPC Bank Sentral Inggris yang secara tidak langsung membuat Poundsterling melonjak Kamis (16/Mar) kemarin. Forbes, adalah satu-satunya yang hawkish, berbeda dengan 8 anggota MPC BoE lainnya, Forbes justru menyatakan ingin agar suku bunga BoE naik.

kristin-forbes

BoE sudah lama tidak mengalami split, atau perbedaan suara, sehingga seketika mencuri perhatian pasar yang kemudian menanggapi dengan aksi beli Sterling. Mengapa Forbes berpendapat demikian? Berikut ini alasan yang dikemukakan sendiri oleh Forbes melalui sebuah kolom di Telegraph:

Publik Inggris masih didominasi oleh isu Brexit. Wajar saja, dan tak dipungkiri kondisi ini akan terus berlanjut. Keputusan tentang bagaimana hubungan Inggris dan Uni Eropa ke depan, akan memberikan dampak yang berkepanjangan bagi masyarakat dan perusahaan. Meski demikian, BoE tidak bisa hanya fokus pada dampak Brexit saja. BoE juga punya kewajiban untuk mengatur kebijakan moneter.

Keputusan terbaru, kebijakan moneter Inggris masih menilai inflasi akan berada di kisaran 2 persen dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkenaan dengan pertumbuhan dan pengangguran. Namun, menurut pandangan pribadi Forbes, faktor-faktor yang dipertimbangkan tersebut telah berubah secara fundamental.

 

Risiko Kenaikan Inflasi

Kenaikan inflasi Inggris sudah terjadi. Dalam rapat MPC kemarin, tercatat rata-rata kenaikan mencapai 1.9 persen dan enam data di antaranya bahkan sudah di atas 2 persen. Tugas pemerintah sekarang adalah menjaga level tersebut agar terus berlanjut.

Namun, perlu disadari bahwa naiknya inflasi artinya naik pula risikonya. Aktivitas ekonomi global juga terkerek. Tekanan inflasi di periode-periode awal bahkan terbilang terlalu cepat. Jangan lupa bahwa kondisi pasar tenaga kerja yang lebih ketat, serta potensi makin sulitnya menarik tenaga kerja dari Uni Eropa perlu dipikirkan.

 

Kalibrasi Ulang Faktor-Faktor Pendukung Kebijakan Moneter

Dalam penilaian Forbes, inilah saatnya menghitung ulang data-data ekonomi yang mendukung kebijakan moneter. Forbes memang mendukung kenaikan suku bunga sebanyak 25 basis poin. Untuk saat ini, level tersebut masih sesuai. Akan tetapi, Forbes tidak mendukung program pembelian aset (stimulus moneter), justru ia lebih condong pada penggunaan bank rate untuk penyesuaian ekonomi.

Forbes juga menyadari bahwa bank rate pun berisiko. Risiko penggunaan bank rate bisa berlangsung selama bertahun-tahun, tidak hanya saat Brexit saja. Forbes menutup tulisannya dengan mengatakan bahwa kebijakan moneter tidak seharusnya terhalang. Risiko dan Brexit hendaknya dapat membuat para pembuat kebijakan lebih gesit dalam bertindak.

278107
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.