EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,324.06/oz   |   Silver 27.47/oz   |   Wall Street 38,759.26   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,135.89   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   NFP yang lebih lemah dan sikap dovish Powell dapat merevitalisasi penjual dolar As, 9 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF melayang di sekitar level 0.9050 jelang pernyataan ketua SNB Jordan, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   GBP/USD belum berhasil melewati rintangan utama di sekitar level 1.2550, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CAD tetap bertahan di bawah level 1.3700, fokus pada pidato the Fed, data IMP Kanada, 9 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 16 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 17 jam lalu, #Saham AS

USD/JPY Jebol Gawang 155, Tertinggi Sejak 1990-an

Penulis

Para petinggi Jepang terus menggencarkan peringatan intervensi mata uang, tetapi sebagian pelaku pasar mengabaikannya karena tak ada dasar fundamental yang kuat.

Seputarforex - USD/JPY mencapai level tertinggi sejak pertengahan 1990-an pada 155.17 dalam perdagangan sesi New York hari Rabu (24/April). Para petinggi Jepang terus menggencarkan peringatan intervensi dalam upayanya membendung pelemahan nilai tukar Yen, tetapi sebagian pelaku pasar mengabaikannya.

USDJPY Daily

Menteri Keuangan Shunichi Suzuki dan beberapa petinggi Jepang lainnya mengatakan bahwa mereka mengamati pergerakan mata uang dan akan segera merespons jika diperlukan. Mereka juga sudah menggalang dukungan dari Amerika Serikat untuk melaksanakan intervensi. Namun, mereka menolak untuk menyebutkan level-level tertentu yang dapat memicu intervensi.

Berbagai spekulasi pasar mengenai area intervensi hingga saat ini bersumber pada analisis teknikal serta pernyataan tokoh di luar BoJ dan Kementerian Keuangan. Padahal, perundang-undangan Jepang menentukan intervensi mata uang hanya dapat dilakukan oleh BoJ berdasarkan instruksi dari Kementerian Keuangan.

Spekulasi pasar mengenai area intervensi USD/JPY terus berubah-ubah, mulai dari 145, 152, sampai 155 lantaran minimnya petunjuk yang jelas dari otoritas. Terkini, spekulasi bergeser ke ambang 160 dan 170.

Takao Ochi, seorang anggota parlemen Jepang dari partai LDP yang berkuasa, mengatakan kepada Reuters bahwa jika yen merosot lebih jauh menuju 160 atau 170 terhadap dolar, "hal ini mungkin dianggap berlebihan dan dapat mendorong otoritas untuk mempertimbangkan beberapa tindakan".

Sejumlah pakar mengesampingkan komentar tersebut. Alasannya, tidak ada faktor fundamental yang dapat mendukung intervensi Jepang saat ini.

"Selain biaya finansial (yang besar), mungkin akan ada dampak signifikan terhadap kredibilitas otoritas Jepang jika intervensi FX gagal," ungkap Jane Foley, pakar strategi Rabobank, dalam catatan kliennya yang dikutip oleh Reuters.

"Secara historis, intervensi FX paling berhasil jika fundamentalnya secara kebetulan mendukung mata uang tersebut," lanjut Foley, "USD/JPY mungkin tidak akan turun hingga musim panas, dan (perkiraan) ini mengasumsikan bahwa The Fed dapat menurunkan suku bunga pada bulan September."

Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex, juga mengingatkan bahwa intervensi yen pada bulan September dan Oktober 2022 berhasil karena Jepang memanfaatkan situasi setelah yield US Treasury mencapai puncaknya. Namun, "Kali ini BoJ tidak terlalu percaya diri menjelang data Nonfarm Payrolls pada Jumat depan dan data CPI (Amerika Serikat) setelahnya."

300425
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.