EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 155.450   |   GBP/USD 1.267   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,378.20/oz   |   Silver 29.75/oz   |   Wall Street 39,869.38   |   Nasdaq 16,698.32   |   IDX 7,246.70   |   Bitcoin 65,231.58   |   0.00   |   Litecoin 82.46   |   PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memutuskan untuk membagikan dividen final sebesar sebesar Rp540 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan jadwal pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp6.45 triliun dengan cum date tanggal 27 Mei 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp35 per saham pada 13 Juni 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,320, sementara Nasdaq 100 mendatar di 18,653 pada pukul 19:36 ET (23:36 GMT). Dow Jones datar di 40,017, 1 jam lalu, #Saham AS

Bank Sentral China Ubah Kebijakan, Yuan Jadi Sorotan

Penulis

Bank sentral China mencabut kewajiban perbankan untuk menyimpan cadangan kontrak forward yuan. Hal ini memicu pergolakan lintas pasar mata uang dan ekuitas.

Seputarforex - Yuan anjlok drastis dalam perdagangan hari ini (12/Oktober), hingga USD/CNY melonjak nyaris 0.9 persen ke kisaran 6.7520-an. Situasi terjadi sehubungan dengan sebuah pengumuman perubahan kebijakan penting dari bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) terkait mata uangnya, serta pergeseran pusat risiko global.

USDCNY

PBoC tadi pagi memangkas nilai tukar acuan Yuan-nya, sekaligus menghapus persyaratan bagi perbankan untuk menyimpan cadangan kontrak forward yuan. Tindakan ini secara efektif mengikis "pelindung" Yuan dari depresiasi.

Pelaku pasar mensinyalir langkah ini diambil lantaran otoritas bank sentral China kurang suka menyaksikan penguatan nilai tukarnya belakangan ini. Dalam perdagangan akhir pekan lalu, USD/CNY sempat ditutup pada rekor terendah sejak April 2019. Nilai tukar Yuan meroket lebih cepat pada hari Jumat, karena peningkatan elektabilitas kandidat presiden Joe Biden telah membuka kemungkinan damai dalam sengketa AS-China.

Perubahan kebijakan PBoC memicu kemerosotan Yuan seketika pada sesi Asia, sekaligus menyeret nilai tukar Dolar Australia sebagai mata uang proxy-nya. AUD/USD terpantau tergelincir lebih dari 0.4 persen ke kisaran 0.7210 saat berita ditulis. Meski demikian, perdagangan Yuan offshore yang relatif sepi telah membatasi depresiasi Yuan.

"Kami terus memperkirakan Yuan yang lebih kuat menyusul ekspektasi kami terkait pertumbuhan China yang solid dan selisih suku bunga yang menguntungkan antara China dan AS," kata analis dari Goldman Sachs, dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters. Para pakar di salah satu bank terbesar dunia ini memprediksi Yuan mencapai 6.50 dalam 12 bulan.

Prospek pemulihan ekonomi China yang lebih tangguh juga menggenjot kembalinya dana-dana asing ke bursa ekuitas Asia hari ini. Apalagi, pelaku pasar masih bergumul dengan ketidakpastian stimulus tambahan di Amerika Serikat dan sejumlah masalah lain di negara-negara barat.

"Jika modal bergerak pada tingkat pertumbuhan relatif, maka China tampak cukup atraktif," kata Chris Weston dari broker Pepperstone yang menilai ekuitas China murah, yield menguntungkan, dan outlook-nya solid, "Dari perspektif virus juga, kita (sekarang) menyaksikan kekhawatiran di Eropa, sedangkan China dianggap nyaris safe haven."

Download Seputarforex App

294391
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.