EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,293.86/oz   |   Silver 26.84/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,120.78   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 9 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 11 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 11 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 13 menit lalu, #Saham AS

BI Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Merosot

Penulis

Berdasarkan hasil RDG BI 18-19 Desember 2019, BI mengumumkan suku bunga acuan tetap di level 5.00 persen. Apa saja yang menjadi faktornya?

Seputarforex.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7 Days Reserve Repo Rate (BI7DRRR) di level 5.00 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar. Begitu juga dengan Deposit Facility Rate tetap di 4.25 persen dan Lending Facility Rate di 5.75 persen. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers pada Kamis (19/Desember).

"Berdasarkan assessment dengan berbagai pertimbangan dari perkembangan ekonomi domestik maupun global, RDG (Rapat Dewan Gubernur) BI pada 18-19 Desember 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI7DRRR di 5 persen," kata Perry melalui live streaming di channel Bank Indonesia.

BI telah memotong suku bunga acuan sebanyak 4 kali pada 2019 ini. Menurut Perry, kebijakan moneter tersebut sudah memberikan dampak perkembangan positif pada perekonomian Indonesia sampai saat ini. Gross Domestic Product (GDP) Indonesia 2019 mencapai 5.1 persen.

perry warjiyo

Dengan mempertahankan suku bunga, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia kian cerah. BI memperkirakan GDP Indonesia akan naik pada 2020 ke kisaran tengah 5.1-5.5 persen. Kondisi ini juga ditopang empat faktor yang menjadi sorotan BI, antara lain.

  1. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan membaik, dari 3 persen pada tahun ini menjadi 3.1 persen pada 2020. Hal ini didukung adanya kabar positif dari perkembangan kesepakatan dagang AS-China dan proses Brexit. Selanjutnya, kondisi tersebut membawa dampak positif ke Indonesia, terutama pada sektor ekspor, konsumsi, dan investasi.
  2. Program pemerintah terkait penyaluran bantuan sosial ke beberapa daerah di Indonesia. Program ini diyakini dapat menopang kestabilan permintaan atau konsumsi dari kelas rumah tangga.
  3. Adanya perbaikan investasi, khususnya sektor non-bangunan. Perry menjelaskan bahwa pemerintah saat ini sangat serius mendorong investasi swasta dengan berbagai macam program.
  4. Kebijakan BI yang akomodatif telah mendorong konsumsi masyarakat. Salah satunya adalah memangkas suku bunga sebanyak 4 kali pada tahun ini.

Seiring dengan outlook ekonomi Indonesia yang semakin membaik, BI semakin percaya diri bahwa pertumbuhan permintaan kredit juga akan meningkat dari 8 persen ke arah 10-12 persen pada 2020. Peningkatan permintaan kredit ini tentunya diharapkan dapat mendorong pertumbuhan GDP Indonesia.

"Pasokan (kebijakan akomodatif) sudah cukup kuat, tapi memang permintaan saat ini masih belum kuat," kata Perry.

 

Rupiah Melemah Ke Level Rp13,900

Sebelum ini, nilai tukar Rupiah sejak awal tahun 2019 hingga November tercatat meningkat 2.9 persen. Perry menerangkan bahwa penguatan Rupiah didukung beberapa faktor, antara lain arus modal asing yang cukup besar, daya tarik pasar domestik yang masih besar, kebijakan longgar dari negara maju, dan ketidakpastian pasar global. Dengan fundamental tersebut, BI optimistis kurs Rupiah akan tetap stabil ke depannya.

Namun dalam jangka pendek, kurs Rupiah ternyata sedang mengalami pelemahan. Meski sudah beranjak ke bawah level Rp14,000, Rupiah hari ini tak berdaya melawan Dolar AS, sebagaimana terlihat pada grafik berikut ini yang memperlihatkan kurs USD hari ini menguat 0.14 persen ke angka Rp13,990.

nilai tukar usdidr

Nilai itu tidak berbeda jauh dari Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), yang terlihat di level Rp13,983. Menanggapi pelemahan Rupiah dalam jangka pendek, Perry menjelaskan bahwa pergerakan Rupiah dipengaruhi oleh pelaku pasar. Saat Rupiah berada di atas Rp14,000, maka impor sedang bergerak naik. Sebaliknya, saat Rupiah di bawah level Rp14,000, maka ekspor sedang bergerak naik.

Ungkapan yang dilontarkan oleh Perry itu sejalan dengan rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan November. Pertumbuhan ekspor mengalami penyempitan defisit dari -6.13 persen ke -5.67 persen. Sementara itu, pertumbuhan impor juga mengalami perbaikan defisit dari -16.39 persen ke -9.24 persen. Berdasarkan hal itu, neraca perdagangan November defisit -1.33 miliar Dolar AS.

291381
Penulis

Sudah terjun di dunia jurnalis sejak 2013. Aktif menulis di media cetak, online, dan website pribadi dengan berbagai macam topik. Selain itu, juga trading saham sejak 2018.