EUR/USD 1.070   |   USD/JPY 155.380   |   GBP/USD 1.246   |   AUD/USD 0.650   |   Gold 2,329.82/oz   |   Silver 27.43/oz   |   Wall Street 38,085.80   |   Nasdaq 15,611.76   |   IDX 7,120.48   |   Bitcoin 64,481.71   |   Ethereum 3,156.51   |   Litecoin 83.80   |   PT PLN (Persero) segera melantai ke Bursa Karbon Indonesia alias IDX Carbon, dengan membuka hampir 1 juta ton unit karbon, 47 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) meraih fasilitas pinjaman dari Bank BNI (BBNI) senilai $250 juta, 48 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Induk perusahaan Google, Alphabet Inc (NASDAQ: GOOGL), menguat sekitar 12%, mencapai rekor tertinggi di sekitar $174.70, 49 menit lalu, #Saham AS   |   Nasdaq naik 1.2% menjadi 17,778, sementara S&P 500 naik 0.8% menjadi 5,123 pada pukul 18.49 ET (22.49 WIB). Dow Jones Futures naik 0.1% menjadi 38,323, 55 menit lalu, #Saham AS

EUR/USD Diprediksi Masih Lesu Di 2022

Penulis

Inflasi AS versus inflasi Zona Euro, divergensi kebijakan moneter ECB dan The Fed, serta penguatan Dolar AS bakal menjadi faktor utama yang melemahkan Euro di 2022.

Seputarforex - Nilai tukar Euro terhadap Dolar AS diprediksi melemah pada tahun 2022. Kebijakan moneter Federal Reserve yang sangat hawkish masih menjadi fokus utama, begitu pula dengan kebijakan moneter ECB yang akan mencuri lebih banyak perhatian dibandingkan tahun ini, karena kaitannya dengan perkembangan inflasi Zona Euro. Para pakar forex di BofA Securities memperkirakan bahwa inflasi Zona Euro akan menjadi kunci utama baru yang berdampak tinggi pada EUR/USD di 2022.

"Baik apakah nantinya ECB akan benar-benar 'exit' (dari kebijakan moneter longgar) ataupun tidak di akhir tahun depan, (kebijakan mereka) akan tergantung pada inflasi," tulis tim analis BofA yang dikutip dari MarketWatch. "ECB merevisi perkiraan inflasi secara substansial ke atas, konsisten dengan kejutan inflasi baru-baru ini. Akan tetapi (kebijakan moneter) mereka tetap lebih longgar daripada apa yang dibutuhkan untuk mengakhiri QE."

 

Outlook Dolar AS Masih Cerah, Euro Makin Sulit Naik

Dolar AS diperkirakan masih akan menguat tahun depan, sehingga hal ini juga membebani Euro. Di tahun 2021 saja, Euro sudah menjadi mata uang mayor dengan performa terburuk versus Dolar AS. Total kemerosotan EUR/USD mencapai 7.7% secara year-to-date.

eurusd

Penguatan yang tercipta pasca pengumuman kebijakan moneter ECB bulan Desember ini ternyata tak berlangsung lama. EUR/USD kembali loyo setelah ECB menyatakan akan tetap mengaplikasikan kebijakan akomodatif walaupun telah mengurangi pembelian obligasi untuk stimulus selama pandemi.

"Kami sekarang mengekspektasikan perpanjangan periode penguatan Dolar AS dan bahkan memprediksi akan meluas sampai akhir 2023. (Hal ini semakin lama) dibandingkan dengan perkiraan kami sebelumnya, ketika penguatan Dolar AS diperkirakan hanya sampai akhir 2022," kata Nick Bennenbroek, ekonom Wells Fargo.

Senada dengan pendapat para analis BofA, Bennerbroek menambahkan bahwa divergensi outlook kebijakan moneter The Fed dan ECB yang semakin tajam akan membuat EUR/USD semakin sulit naik.

The Fed sudah mulai melakukan tapering pembelian obligasi, dan ekspektasi kenaikan suku bunganya pun meningkat. Hal ini membuat outlook Dolar AS akan semakin cerah. Sebaliknya, ECB masih akan bergulat dengan pelonggaran moneter karena kenaikan inflasi Zona Euro kalah tinggi dibanding kenaikan inflasi AS. Oleh karena itu, Wells Fargo merevisi turun forecast mereka terhadap kurs EUR/USD di tahun 2022, yakni di rentang $1.05-$1.10.

Download Seputarforex App

297041
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.