EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 155.450   |   GBP/USD 1.267   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,378.20/oz   |   Silver 29.75/oz   |   Wall Street 39,869.38   |   Nasdaq 16,698.32   |   IDX 7,246.70   |   Bitcoin 65,231.58   |   0.00   |   Litecoin 82.46   |   PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memutuskan untuk membagikan dividen final sebesar sebesar Rp540 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan jadwal pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp6.45 triliun dengan cum date tanggal 27 Mei 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp35 per saham pada 13 Juni 2024, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,320, sementara Nasdaq 100 mendatar di 18,653 pada pukul 19:36 ET (23:36 GMT). Dow Jones datar di 40,017, 1 jam lalu, #Saham AS

Inggris Lolos Dari Resesi, Pound Fokus Proyeksi Pemilu

Penulis

Pound masih lesu. Ekonomi Inggris berhasil lolos dari resesi pada kuartal ketiga, tetapi gagal mencapai prestasi yang diharapkan pelaku pasar.

Poundsterling menanjak tipis ke kisaran 1.2800-an terhadap Dolar AS dalam perdagangan hari ini (11/November), seusai rilis data pertumbuhan ekonomi Inggris terbaru. Pound juga bergerak sideways versus Yen Jepang dan Euro. Mayoritas pelaku pasar masih cenderung bersikap wait-and-see demi mengantisipasi hasil pemilu tanggal 12 Desember mendatang, sehingga perdagangan relatif sepi.

GBPUSD DailyGrafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

UK Office for National Statistics (ONS) melaporkan bahwa pertumbuhan Gross Domestic Product meningkat 0.3 persen (Quarter-over-Quarter) selama kuartal III/2019. Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan skor -0.2 persen yang tercatat dalam laporan sebelumnya. Dengan ini, Inggris dapat dinyatakan lolos dari ancaman resesi. Akan tetapi, pertumbuhan GDP kuartalan meleset dari kenaikan hingga 0.4 persen yang diharapkan oleh pelaku pasar.

Data-data ekonomi Inggris lain yang dipublikasikan dalam kurun waktu bersamaan pun menampilkan profil kinerja yang mengecewakan. Pertumbuhan GDP tahunan menurun dari 1.3 persen menjadi 1.0 persen, lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar yang dipatok pada 1.1 persen. Ini merupakan laju pertumbuhan GDP tahunan paling lambat dalam satu dekade terakhir.

Sektor Jasa masih menjadi penggerak utama, tetapi sektor Manufaktur justru membebani bagi perekonomian Inggris. Data produksi industri dan manufaktur mencetak kinerja minus untuk kesekian kalinya dalam tahun ini. Neraca Perdagangan Inggris juga merosot semakin dalam ke teritori defisit. Secara kumulatif, beragam laporan ekonomi terbaru ini menunjukkan bahwa kondisi Inggris masih cukup tangguh, tetapi mengonfirmasi bias agak dovish yang ditunjukkan oleh bank sentral Inggris (BoE) pekan lalu.

Sementara itu, trader dan investor masih berfokus pada hasil polling media yang memproyeksikan hasil pemilu Inggris tanggal 12 Desember mendatang. Hasil polling terbaru menunjukkan bahwa partai Konservatif kemungkinan bakal sukses menguasai mayoritas kursi parlemen Inggris. Namun, mengingat saat ini masih masa-masa awal kampanye, maka hasil polling bisa mengalami perubahan lebih lanjut.

Perlu dicatat, peningkatan dukungan bagi partai Konservatif diterjemahkan sebagai kabar baik oleh pelaku pasar, karena kemenangannya berpotensi memuluskan proses brexit sebelum atau tepat waktu sesuai deadline 31 Januari 2020. Namun, Pound berpotensi melemah apabila hasil polling menunjukkan peningkatan dukungan bagi golongan oposisi, khususnya partai Labour (baca juga: 3 Skenario Hasil Pemilu Inggris Mendatang).

290910
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.