EUR/USD 1.086   |   USD/JPY 155.450   |   GBP/USD 1.267   |   AUD/USD 0.667   |   Gold 2,378.20/oz   |   Silver 29.75/oz   |   Wall Street 39,869.38   |   Nasdaq 16,698.32   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 65,231.58   |   0.00   |   Litecoin 82.46   |   PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) telah memutuskan untuk membagikan dividen final sebesar sebesar Rp540 miliar, 21 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) menyampaikan jadwal pembagian dividen tahun buku 2023 sebesar Rp6.45 triliun dengan cum date tanggal 27 Mei 2024, 22 menit lalu, #Saham Indonesia   |   PT Lautan Luas Tbk. (LTLS) akan membagikan dividen tahun buku 2023 sebesar Rp35 per saham pada 13 Juni 2024, 22 menit lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil pada 5,320, sementara Nasdaq 100 mendatar di 18,653 pada pukul 19:36 ET (23:36 GMT). Dow Jones datar di 40,017, 23 menit lalu, #Saham AS

Kegagalan Carry Trade Forex Tahun 2015 Terparah Setelah Krisis 2008

Penulis

Menurut analis dari Deutsche Bank, tahun 2015 ini justru merupakan tahun carry trade terburuk setelah krisis finansial 2008. Di tahun 2015, carry trade tradisional mendapat pukulan keras karena mata uang negara bersuku bunga tinggi seperti Dolar Australia dan Dolar New Zealand tergerus oleh menguatnya Dolar AS.

Tahun 2015 tercatat sebagai tahun yang mengecewakan bagi carry trade forex. Carry trade adalah tindakan "menjual" mata uang bersuku bunga rendah dan "membeli" mata uang lain yang bersuku bunga lebih tinggi guna memperoleh profit dari selisih suku bunga tadi. Carry trade termasuk manuver yang cukup populer di kalangan pemain besar seperti bank-bank, lembaga hedging, dan kawan-kawannya, terutama di tahun 2015 ini, ketika selisih suku bunga antar bank sentral kian melebar.

mata_uang

Carry Trade Forex Tahun 2015 Gagal

Namun, menurut analis dari Deutsche Bank yang dihimpun oleh CNBC, tahun 2015 ini justru merupakan tahun carry trade yang terburuk setelah krisis finansial 2008. Di tahun 2015, carry trade tradisional mendapat pukulan keras karena mata uang negara bersuku bunga tinggi seperti Dolar Australia dan Dolar New Zealand tergerus oleh menguatnya Dolar AS. Di samping itu, tingkat suku bunga Australia dan New Zealand harus diturunkan ke level rendah baru dengan sedikit divergensi.

"Kerumitan ini terjadi akibat pengetatan kebijakan moneter The Fed, kejutan-kejutan kebijakan China, dan pergolakan-pergolakan yang terjadi di negara berkembang," tutur Ahli Strategi Deutsche Bank, Oliver Harvey, dalam catatannya untuk klien minggu ini.

WSJ Lihat Peluang Di Euro Dan Rupee

Catatan WSJ pada bulan Maret lalu menyebutkan bahwa banyak dana dalam Euro beralih ke India untuk mencoba mencari peluang carry. "Umumnya, orang tidak akan terpikir untuk membeli Rupee dengan Euro," kutip Stein, analis dari WSJ tersebut. "(Tapi) Anda bisa memikirkan kemungkinan ini sebagai cara yang tidak konvensional untuk mendanai perdagangan-perdagangan (mata uang) Asia."

Sebuah investasi senilai 10 juta Dolar dalam Rupee akan menghasilkan 600,000 Dolar dalam satu tahun, sementara tingkat suku bunga negatif di Zona Euro hanya akan memberi tambahan senilai 40,000 Dolar jika bertrading Dolar versus Euro. Akan tetapi, pergerakan nilai tukar kedua mata uang itu dapat mendorong ataupun memangkas perolehan dalam trading, bahkan, bisa juga menyebabkan loss, demikian estimasi dari analis WSJ.

carry_tradeGrafik Return dari Strategi Carry Trade

CNBC menengarai, kondisi buruk carry trade pada tahun 2015 ini bisa berbalik positif di tahun 2016. Merefleksi dari kondisi carry trade pada tahun 2008, investor merugi 29 persen, namun pada tahun 2009 berubah jadi gain 23 persen. Jadi apakah penurunan carry trade pada tahun 2015 ini bisa memantul naik di tahun 2016? "Hasil carry positif mungkin diraih dengan melibatkan terhentinya kemerosotan China lagi tahun depan dan ditemukannya batas terendah dalam siklus komoditas." kata analis CNBC.

257246
Penulis

Sudah aktif berkecimpung di dunia jurnalistik online dan content writer sejak tahun 2011. Mengenal dunia forex dan ekonomi untuk kemudian aktif sebagai jurnalis berita di Seputarforex.com sejak tahun 2013. Hingga kini masih aktif pula menulis di berbagai website di luar bidang forex serta sebagai penerjemah lepas.