EUR/USD 1.075   |   USD/JPY 154.900   |   GBP/USD 1.250   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,315.04/oz   |   Silver 27.47/oz   |   Wall Street 38,884.26   |   Nasdaq 16,332.56   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 62,334.82   |   Ethereum 3,006.58   |   Litecoin 80.82   |   PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam akan melangsungkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan agenda pembagian dividen, 6 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) mengalami kenaikan 13% ke level Rp125 setelah IPO pada hari ini (8/Mei), 6 menit lalu, #Saham Indonesia   |   Elon Musk mengusulkan untuk menguji paket bantuan pengemudi canggih Tesla (NASDAQ: TSLA) di Cina dengan menerapkannya di robotaxis, selama kunjungannya baru-baru ini ke negara tersebut, 7 menit lalu, #Saham AS   |   S&P 500 stabil di 5,214, sementara Nasdaq 100 datar di 18,205 pada pukul 19:15 ET (23:15 WIB). Dow Jones berada di kisaran 39,022, 9 menit lalu, #Saham AS

The Fed Ngotot Hawkish, Dolar AS Makin Berotot

Penulis

Presiden The Fed Chicago Charles Evans mengatakan bank sentral akan perlu menaikkan suku bunga terus hingga mencapai kisaran 4.50-4.75 persen.

Seputarforex - Indeks dolar AS (DXY) terus mendaki hingga menyentuh level tertinggi dua dekade baru pada kisaran 114.75 dalam perdagangan hari Rabu (28/September). Beragam isu mendorong pasar untuk terus mengakumulasi greenback, termasuk momok resesi global dan ekspektasi suku bunga The Fed yang sangat hawkish. Sementara itu, pasar cenderung menjual mata uang-mata uang berisiko lebih tinggi seperti pound sterling dan dolar Australia.

DXY DailyGrafik DXY Daily via TradingView

Para pejabat top The Fed kemarin beramai-ramai menegaskan kembali sikap hawkish mereka, antara lain Presiden The Fed Chicago Charles Evans, Presiden The Fed St Louis James Bullard, dan Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari. Evans secara blak-blakan mengatakan bank sentral akan perlu menaikkan suku bunga terus hingga mencapai kisaran 4.50%-4.75% demi menurunkan laju inflasi.

Sikap mereka meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap resesi global, sehingga mendorong kenaikan yield obligasi. Yield obligasi US Treasury 10Y meroket hingga menyentuh ambang 4.000 persen untuk pertama kalinya sejak tahun 2010. Yield obligasi US Treasury 2Y bahkan mencapai 4.2891%. Pada gilirannya, kenaikan yield berkontribusi mengukuhkan dominasi dolar AS di pasar forex.

Rencana pemangkasan pajak Inggris juga berkontribusi dalam mempromosikan aksi risk-off dan kenaikan yield obligasi. Pasalnya, ekspektasi suku bunga Inggris turut meningkat pula demi mengimbangi rencana pemangkasan pajak tersebut. Bukan hanya yield obligasi pemerintah Inggris (gilt) yang menanjak, melainkan juga obligasi pemerintah di berbagai negara lain ikut terdampak. Kenaikan yield itu gagal mengatrol nilai tukar pound sterling lantaran banyaknya faktor lain yang membebani, sehingga menguntungkan bagi rival sterling.

"Ini sebuah kombinasi penularan dari Inggris... di mana yield gilt menggila. Dan itu telah menyebar ke pasar obligasi negara maju lainnya, sehingga ada sedikit efek rekoset," kata Moh Siong Sim, pakar strategi mata uang di Bank of Singapore, "Dan tentu saja... ini dengan latar belakang pesan The Fed yang sangat gigih untuk melakukan apa saja demi menurunkan inflasi."

Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa, GBP/USD terkunci dalam kisaran 1.0695 yang telah dihuni sejak beranjak dari rekor terendah historisnya kemarin. EUR/USD berupaya membentuk support di bawah paritas pada kisaran 0.9530-an. AUD/USD melanjutkan penurunan ke level terendah sejak April 2020, dan NZD/USD terus menelusuri rekor terendah sejak Maret 2020.

Intervensi pemerintah Jepang masih menghambat para trader yen. Situasi ini tampak menonjol dari pergerakan USD/JPY yang tertahan persis di bawah ambang 145.00 selama tiga hari beruntun. Selisih suku bunga Jepang-AS yang terlalu besar membuat pasar mempertahankan tendensi untuk membeli USD dan menjual JPY, tetapi intervensi mata uang mencegah reli lebih lanjut.

Download Seputarforex App

298302
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.