EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 153.410   |   GBP/USD 1.255   |   AUD/USD 0.662   |   Gold 2,309.44/oz   |   Silver 27.29/oz   |   Wall Street 38,675.68   |   Nasdaq 16,156.33   |   IDX 7,150.55   |   Bitcoin 64,031.13   |   Ethereum 3,137.25   |   Litecoin 81.38   |   Edwin Soeryadjaya diam-diam kembali beli saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) sebesar 2.05 juta lembar, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk. (JTPE) mencatatkan pertumbuhan pesanan pembuatan E-KTP pada kuartal I/2024 hingga 13.5 juta unit, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Citra Nusantara Gemilang Tbk. (CGAS) membukukan pendapatan sebesar Rp130.41 miliar pada kuartal I/2024, naik 34.95%, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.2% menjadi 5,162, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,019 pada pukul 19:18 ET (23:18 GMT). Dow Jones naik 0.2% menjadi 38,897, 6 jam lalu, #Saham AS

Harga Emas Merosot Setelah Mencapai Puncak 2 Pekan

Penulis

Harga emas versus Dolar AS kembali melemah setelah sempat naik sehubungan dengan adanya laporan penemuan virus Corona di China.

Seputarforex.com - Pada sesi perdagangan Rabu (22/Januari), harga emas merosot 0.41% dibandingkan level Open Harian. Pada chart di bawah ini, XAU/USD melemah hingga mencapai harga USD1,551.82 per ounce.

harga emas merosot

Penurunan harga emas hari ini merupakan lanjutan dari pergerakan menjelang penutupan sesi perdagangan hari Selasa (21/Januari). Kemarin, emas bergerak volatile karena sempat mencapai titik tertinggi dua pekan sehubungan dengan kekhawatiran terkait wabah virus Corona di China. Wabah yang dapat menular antar manusia ini memicu aksi jual terhadap aset berisiko tinggi dalam pasar global. Sejalan itu, minat emas sebagai aset safe haven pun meningkat tajam.

Namun, melonjaknya harga emas hingga mencapai level USD1,568.60 itu tidak bertahan lama. Komoditas logam kuning ini kembali tergelincir karena aksi profit-taking investor. Selain itu, pasar mencerna isu virus Corona sebagai hal yang bisa berdampak negatif pada emas, karena persebarannya diketahui berasal dari China yang merupakan salah satu negara konsumen emas terbesar di dunia.

"Perkembangan yang cukup disayangkan ini datang di saat krusial, ketika banyak orang China akan berpergian sebelum libur Imlek," ungkap Lukman Otunuga dari FXTM.

Sementara menurut Craig Erlam (analis OANDA), tekanan emas kemungkinan disebabkan oleh Dolar AS yang sudah memiliki fondasi kuat. Indeks Dolar AS telah naik sebesar 1% sejak awal tahun ini.

"Periode konsolidasi terus terlihat melemah untuk emas. Kita bisa melihat harga emas kembali tertekan menuju USD1,540, dalam beberapa hari ke depan," tulis Craig Erlam dalam catatannya.

 

Harga Emas Masih Berpotensi Menguat

Meski dalam tekanan, emas masih memiliki pendukung yang kuat, mengingat masih tingginya ketidakpastian prospek ekonomi global. Pihak AS menghidupkan kembali ancaman tarifnya terhadap impor Eropa, menjelang pertemuan Donald Trump dengan Presiden European Commission, Ursula von der Leyen, di Davos.

Sentimen kebijakan suku bunga The Fed yang saat ini tidak terlalu hawkish juga cenderung mendukung emas. Hal ini diutarakan oleh David Rosenberg, Mantan Kepala Ekonom dari Gluskin Sheff & Associates:

"Emas adalah investasi yang seharusnya Anda incar... saya pikir (pelemahan emas) itu sebagian karena emas berkorelasi terbalik dengan suku bunga. Sebagian lagi, (karena emas) berfungsi sebagai lindung nilai ketika muncul masalah di pasar. Hal itu tidak bisa disimpulkan secara pasti, tapi saya rasa (perkiraan) ini cukup mendekati."

Bagaimana? Apakah Anda merasa tertarik dengan ulasan ini? Jangan lupa juga untuk mencermati berita di atas dalam bentuk audio berikut ini.

291733
Penulis

Sudah terjun di dunia jurnalis sejak 2013. Aktif menulis di media cetak, online, dan website pribadi dengan berbagai macam topik. Selain itu, juga trading saham sejak 2018.