EUR/USD 1.075   |   USD/JPY 154.900   |   GBP/USD 1.250   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,306.07/oz   |   Silver 27.56/oz   |   Wall Street 38,884.26   |   Nasdaq 16,332.56   |   IDX 7,166.81   |   Bitcoin 62,334.82   |   Ethereum 3,006.58   |   Litecoin 80.82   |   PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam akan melangsungkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan agenda pembagian dividen, 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) mengalami kenaikan 13% ke level Rp125 setelah IPO pada hari ini (8/Mei), 6 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Elon Musk mengusulkan untuk menguji paket bantuan pengemudi canggih Tesla (NASDAQ: TSLA) di Cina dengan menerapkannya di robotaxis, selama kunjungannya baru-baru ini ke negara tersebut, 6 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 stabil di 5,214, sementara Nasdaq 100 datar di 18,205 pada pukul 19:15 ET (23:15 WIB). Dow Jones berada di kisaran 39,022, 6 jam lalu, #Saham AS

Harga Minyak Turun Meski Rusia Berencana Potong Produksi

Penulis

Rencana pemotongan produksi Rusia bulan depan sejatinya sudah diperhitungkan pasar, sehingga harga minyak melemah di kisaran 85 Dolar untuk jenis Brent.

Seputarforex - Harga minyak mentah bergerak melemah pada perdagangan awal pekan (13/Februari). Pada saat berita ini diturunkan, harga minyak Brent turun 0.94 persen pada kisaran $85.57 per barel, sementara minyak WTI merosot hingga 1.02 persen pada level $78.93 per barel.

Minyak Rusia
Akhir pekan lalu, Rusia mengumumkan rencana pemotongan produksi minyak sebesar 500,000 barel per hari (bph) yang mulai diterapkan bulan depan. Pengumuman ini cukup menyita perhatian pelaku pasar mengingat posisi Rusia sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia.

Selain itu, langkah Rusia untuk membatasi produksi minyak merupakan bentuk balasan terhadap sanksi negara Barat yang membatasi ekspor minyaknya hingga awal 2023, sehingga hal ini menggarisbawahi konflik geopolitik yang terus bergejolak.

Akan tetapi, reli harga minyak yang sempat terjadi akhir pekan lalu tidak bertahan lama. Minyak justru cenderung melemah saat ini karena kemungkinan tersebut sudah sepenuhnya diperhitungkan sejak beberapa waktu lalu.

"Pelemahan harga minyak seperti yang kita lihat hari ini mencerminkan bahwa pelaku pasar mulai menyadari rencana pemangkasan produksi Rusia sebenarnya sudah diperhitungkan sebelumnya" kata analis komoditas ING, Warren Patterson.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Stefano Grasso, Manager Portfolio 8VantEdge di Singapura. Menurut Grasso, pemotongan produksi sebesar 500,000 bph akan membawa Rusia kembali sejalan dengan kebijakan OPEC+. Lagipula, Rusia selama ini telah mengekspor minyak mentah secara berlebihan dan melewati kuota yang ditetapkan OPEC. Dengan demikian, rencana pengurangan output Rusia ini tidak begitu berpengaruh dari sisi pasokan minyak dunia.

Perhatian pasar kini lebih tertuju pada kabar pemeliharan pipa di sejumlah kilang minyak Asia dan Amerika Serikat. Selain itu, permintaan minyak dari Asia (terutama China) dan manuver OPEC terkait kebijakan produksinya menjadi katalis yang lebih diperhatikan oleh pelaku pasar.

Sebagian pakar memperkirakan harga minyak berpeluang kembali ke kisaran $100 per barel tahun ini apabila terjadi kenaikan signifikan dari China. Optimisme tersebut berakar dari bukti-bukti pemulihan ekonomi China setelah lepas dari pandemi.

Download Seputarforex App

298981
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.