EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 153.520   |   GBP/USD 1.259   |   AUD/USD 0.663   |   Gold 2,327.05/oz   |   Silver 27.57/oz   |   Wall Street 38,852.27   |   Nasdaq 16,349.25   |   IDX 7,135.79   |   Bitcoin 63,161.95   |   Ethereum 3,062.73   |   Litecoin 80.79   |   PT Indika Energy Tbk. (INDY) menetapkan dividen tunai sebesar $30 juta atau sekitar Rp480 miliar, 1 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk. (MTEL) atau Mitratel naik 3.6% ke level Rp575 per unit, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT Remala Abadi Tbk. (DATA) naik 34.04% atau nyaris menyentuh ARA usai resmi mencatatkan saham perdana di BEI pada hari ini, 2 jam lalu, #Saham Indonesia   |   S&P 500 stabil di 5,205, sementara Nasdaq 100 turun sedikit menjadi 18,184 pada pukul 19:33 ET (23:33 WIB). Dow Jones datar di 38,991, 2 jam lalu, #Saham AS

Inflasi Indonesia Naik, Kurs Rupiah Tertekan

Penulis

Rupiah melemah signifikan di kisaran Rp14,265 per USD hari ini, beberapa jam setelah dirilisnya data inflasi Indonesia yang tercatat mengalami kenaikan.

Seputarforex.com - Nilai tukar Rupiah melemah signifikan terhadap Dolar AS pada Kamis siang ini (02/Mei). Pada pukul 14.30 WIB, Rupiah turun dari level pembukaan pagi ini, dari kisaran Rp14,211 ke Rp14,265 per USD. Sementara menurut kurs Bloomberg, Rupiah juga melemah dari Rp14,056 menuju Rp14,256.

Pasca dirilisnya data inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pukul 11.00 WIB, kurs Rupiah terpantau terus tertekan. Kepala BPS, Suhariyanto, mengumumkan bahwa inflasi Indonesia pada bulan April 2019 (MoM) mengalami kenaikan dari 0.11% menjadi 0.44%. Sementara itu, inflasi dalam basis tahunan (YoY) tercatat sebesar 2.93%, dan inflasi inti (YoY) mencapai 3.05%.

Inflasi Indonesia

"Inflasi April 0.44% dan inflasi tahunan sebesar 2.93%. Tapi ini masih di bawah target 3.5%, jadi secara keseluruhan masih terkendali," kata Suhariyanto di Gedung BPS, dikutip dari Sindonews.

 

Ikut Terbebani Manufaktur China

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menilai bahwa selain data inflasi hari ini, tekanan yang dialami Rupiah terjadi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan Data Manufaktur China (Manufacturing PMI) pada bulan April di kisaran 50.1, jauh dari yang diekspektasikan sebesar 50.7.

"Indikator ekonomi China ini membuat mata uang negara emerging market termasuk rupiah melemah," ujar Josua dikutip dari Tribunnews.

 

Masih Ada Harapan Untuk Rupiah

Meskipun Rupiah tampak tertekan, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail, memperkirakan ada beberapa faktor eksternal yang berpotensi memberikan harapan pada kurs Rupiah.

Faktor eksternal tersebut antara lain keputusan The Federal Reverse yang menahan suku bunga acuan AS di kisaran 2.25%, serta rilis data ISM manufaktur AS bulan April yang lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Menurut Ahmad, kedua faktor tersebut bisa mengakibatkan minat investor terhadap Dolar AS semakin menurun. Imbasnya, sejumlah mata uang negara berkembang seperti Rupiah memiliki peluang untuk bangkit.

"Pernyataan Powell bahwa ekonomi AS masih jauh dari kondisi overheating membuat investor menurunkan minat terhadap Dolar AS. Rupiah bisa menguat di kisaran Rp14,200-Rp14,250 per Dolar AS pada hari ini," tutur Mikail, dilansir dari Kontan.

288354
Penulis

Alumni Sastra Inggris yang sudah berkecimpung dalam dunia penulisan selama 8 tahun. Sudah mulai menulis sejak masih kuliah. Saat ini aktif sebagai penulis di seputarforex.com.