EUR/USD 1.077   |   USD/JPY 155.930   |   GBP/USD 1.252   |   AUD/USD 0.660   |   Gold 2,362.27/oz   |   Silver 28.38/oz   |   Wall Street 39,512.84   |   Nasdaq 16,340.87   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 61,448.39   |   Ethereum 2,928.70   |   Litecoin 81.38   |   Ekonomi Inggris kembali mengalami pertumbuhan di kuartal pertama, 2 hari, #Forex Fundamental   |   USD/CHF tetap lemah di dekat level 0.9050 di tengah sentimen dovish The Fed, 2 hari, #Forex Teknikal   |   EUR/GBP bertahan di bawah level 0.8600 setelah data PDB Inggris, 2 hari, #Forex Teknikal   |   PDB awal Inggris berekspansi 0.6% QoQ di kuartal pertama versus ekspektasi 0.4%, 2 hari, #Forex Fundamental   |   Produsen Semen Merah Putih PT Cemindo Gemilang Tbk. (CMNT) menilai permintaan semen mulai meningkat pada Mei 2024, 3 hari, #Saham Indonesia   |   Entitas Grup PT United Tractors Tbk. (UNTR), PT Energia Prima Nusantara membidik penambahan kapasitas listrik menjadi 156 MWp, 3 hari, #Saham Indonesia   |   S&P 500 naik 0.1% menjadi 5,244, sementara Nasdaq 100 naik 0.1% menjadi 18,235 pada pukul 19.45 ET (23.45 GMT). Dow Jones naik 0.1% menjadi 39,592, 3 hari, #Saham AS   |   Apple (NASDAQ:AAPL) meminta maaf setelah sebuah iklan untuk model iPad Pro terbarunya memicu kritik dengan menampilkan animasi alat musik dan simbol-simbol kreativitas lainnya yang dihancurkan, 3 hari, #Saham AS

Jelang Rapat FOMC Januari, Wabah Virus Corona Menebar Risk-Off

Penulis

Indeks Dolar AS menduduki level 97.87 karena wabah virus Corona memicu pelemahan Yuan dan mata uang-mata uang berbeta tinggi seperti AUD dan NZD.

Seputarforex.com - Indeks Dolar AS bertengger dekat rekor tertinggi sejak 3 Desember 2019 di tengah ketakutan pasar terhadap wabah virus Corona yang telah menewaskan puluhan orang dalam tempo kurang dari sebulan. Sentimen risk-off semakin viral, sehingga mendukung penguatan aset-aset safe haven.

Saat berita ditulis (27/Januari), indeks Dolar AS menduduki level 97.87 berkat melemahnya Yuan dan mata uang-mata uang berbeta tinggi. USD/JPY anjlok drastis ke rekor terendah sejak 8 Januari pada sesi Asia dan masih tertekan di sekitar 109.10. Sementara itu, AUD/USD dan NZD/USD merosot tajam akibat isu yang sama.

DXY Daily

Pemerintah Beijing mengumumkan perpanjangan libur Lunar New Year dari yang sedianya berakhir pada 30 Januari hingga 2 Februari, guna memperkuat penanggulangan dan mengontrol penyebaran virus Corona. Pihak berwenang juga memblokade selusin kota sekitar Wuhan -tempat asal merebaknya virus- untuk mengerem penyebaran wabah.

Otoritas kesehatan terus bertempur melawan penyebaran virus yang telah menjangkiti lebih dari 2700 orang dan menewaskan 80 orang di China per hari Minggu lalu. Namun, jumlah kasus virus Corona semakin bertambah di dalam negeri maupun mancanegara. Termasuk diantaranya Amerika Serikat, Kanada, Prancis, Australia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Nepal.

Di pasar keuangan, kekhawatiran investor terutama bersumber dari kemungkinan akan lumpuhnya sektor pariwisata dan belanja konsumen apabila wabah tak segera ditanggulangi. Investasi bisnis berpotensi terpukul pula, karena investor akan cenderung menghindari penanaman modal di kawasan terdampak. Harga sejumlah komoditi utama yang bergantung pada demand China juga merosot, termasuk tembaga dan minyak mentah.

"Ada banyak ketidakpastian tentang seberapa jauh lagi virus akan menyebar, dan ini merupakan latar belakang pergerakan dalam mata uang," kata Yukio Ishizuki dari Daiwa Securities, sebagaimana dikutip oleh Reuters. Lanjutnya, "Saya kira (sebelumnya) Dolar/Yen akan ter-support di 109, tetapi tenyata tembus ambang itu, sehingga target berikutnya sekarang adalah 108.50. Nuansa risk-off ini kemungkinan akan berlanjut untuk sementara waktu."

Dalam kurun waktu yang sama, investor dan trader juga akan memantau desas-desus seputar pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang bakal disampaikan pada tanggal 29 Januari waktu setempat. Rapat dua hari akan digelar mulai besok, dengan proyeksi sementara menunjukkan FOMC tidak akan membuat perubahan kebijakan apapun dan mempertahankan suku bunga acuan Amerika Serikat pada level 1.75 persen.

291785
Penulis

Alumnus Fakultas Ekonomi, mengenal dunia trading sejak tahun 2011. Seorang News-junkie yang menyukai analisa fundamental untuk trading forex dan investasi saham. Kini menulis topik seputar Currency, Stocks, Commodity, dan Personal Finance dalam bentuk berita maupun artikel sembari trading di sela jam kerja.