EUR/USD 1.075   |   USD/JPY 155.610   |   GBP/USD 1.248   |   AUD/USD 0.656   |   Gold 2,318.22/oz   |   Silver 27.57/oz   |   Wall Street 39,056.39   |   Nasdaq 16,332.56   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 62,334.82   |   Ethereum 3,006.58   |   Litecoin 80.82   |   Para trader valas sudah menantikan data inflasi minggu depan, 10 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS bertahan pada kenaikan pemulihan karena pasar menilai Komentar the Fed, 10 jam lalu, #Forex Fundamental   |   AUD/JPY melayang di sekitar level 102.00 di tengah RBA yang kurang hawkish, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   USD/CHF membukukan kenaikan moderat di atas level 0.9080 karena pernyataan hawkish the Fed, dolar AS menguat, 10 jam lalu, #Forex Teknikal   |   PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam akan melangsungkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan agenda pembagian dividen, 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) mengalami kenaikan 13% ke level Rp125 setelah IPO pada hari ini (8/Mei), 17 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Elon Musk mengusulkan untuk menguji paket bantuan pengemudi canggih Tesla (NASDAQ: TSLA) di Cina dengan menerapkannya di robotaxis, selama kunjungannya baru-baru ini ke negara tersebut, 17 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 stabil di 5,214, sementara Nasdaq 100 datar di 18,205 pada pukul 19:15 ET (23:15 WIB). Dow Jones berada di kisaran 39,022, 17 jam lalu, #Saham AS

Pandemi Hantam Sektor Konsumsi, GDP Jepang Kembali Jeblok

Penulis

Pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah Jepang memukul sektor konsumsi sehingga menekan data GDP kuartal pertama. Namun, Yen menguat versus Dolar AS karena semakin redupnya prospek tapering The Fed.

Seputarforex - Pada hari Selasa (18/Mei), Biro Statistik Jepang mempublikasikan data GDP yang merosot dari 11.6 persen ke -5.1 persen secara tahunan pada kuartal pertama. Penurunan ini lebih dalam ketimbang forecast ekonom yang memperkirakan kemerosotan ke -4.6 persen saja.

Pandemi Hantam Sektor Konsumsi, GDP

Kontrakssi ekonomi Jepang juga terlihat dalam basis kuartalan (Quarter-over-Quarter). Tak tanggung-tanggung, data GDP Jepang secara QoQ mencapai -1.3 persen, jauh dibandingkan angka kuartal sebelumnya yang tumbuh 2.8 persen.

Memburuknya data GDP selama kuartal pertama tahun ini disebabkan oleh peluncuran vaksin yang berjalan lambat. Disamping itu, naiknya kembali kasus COVID-19 turut menekan sektor konsumsi yang notabene berkontribusi besar terhadap perekonomian. Konsumsi swasta tercatat turun 1.4 persen, mematahkan ekspektasi kenaikan 1.1 persen. Selain itu, konsumsi rumah tangga pun ikut terpengaruh, terutama untuk pengeluaran yang dinilai tidak mendesak seperti hiburan dan layanan publik.

Langkah pemerintah dalam menerapkan pembatasan darurat di tengah penyebaran virus Corona diperkirakan akan menghambat momentum pemulihan pada kuartal mendatang.

"Dengan situasi terkini yang semakin memburuk akibat kebangkitan kembali virus Corona dan diperparah oleh peluncuran vaksin yang terlalu lambat, maka dibutuhkan waktu hingga akhir tahun untuk kembali ke tingkat pra-COVID," kata Marcel Thieliant, ekonom senior di Capital Economics.

 

Dolar Melempem, Yen Ambil Kendali

Secara garis besar, rilis data GDP Jepang yang mengecewakan pagi ini tidak berdampak negatif bagi mata uang Yen. Sebaliknya, Yen berhasil menguat versus Dolar AS. Pair USD/JPY saat ini diperdagangkan pada kisaran 109.117, melemah 0.07 persen secara harian.

Pandemi Hantam Sektor Konsumsi, GDP

Tidak hanya versus Yen, Dolar AS juga melemah terhadap sebagian besar mata uang mayor. Indeks Dolar AS (DXY) terus turun dalam 4 hari berturut-turut dan saat ini diperdagangkan di level 90.09. Pergerakan bearish USD dilatarbelakangi oleh semakin redupnya spekulasi pasar terhadap tapering The Fed. Walaupun inflasi konsumen AS naik signifikan, Presiden The Fed Dallas, Robert Kaplan, baru-baru ini kembali menegaskan bahwa ia tidak mengharapkan suku bunga AS naik sampai tahun depan.

Download Seputarforex App

295739
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.