EUR/USD 1.075   |   USD/JPY 154.900   |   GBP/USD 1.250   |   AUD/USD 0.658   |   Gold 2,317.98/oz   |   Silver 27.56/oz   |   Wall Street 38,884.26   |   Nasdaq 16,332.56   |   IDX 7,421.21   |   Bitcoin 62,334.82   |   Ethereum 3,006.58   |   Litecoin 80.82   |   PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) atau Antam akan melangsungkan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dengan agenda pembagian dividen, 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Harga saham PT Xolare RCR Energy Tbk (SOLA) mengalami kenaikan 13% ke level Rp125 setelah IPO pada hari ini (8/Mei), 5 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Elon Musk mengusulkan untuk menguji paket bantuan pengemudi canggih Tesla (NASDAQ: TSLA) di Cina dengan menerapkannya di robotaxis, selama kunjungannya baru-baru ini ke negara tersebut, 5 jam lalu, #Saham AS   |   S&P 500 stabil di 5,214, sementara Nasdaq 100 datar di 18,205 pada pukul 19:15 ET (23:15 WIB). Dow Jones berada di kisaran 39,022, 5 jam lalu, #Saham AS

Rusia: Pemangkasan Output Minyak Bukan Solusi Terbaik

Penulis

Wakil Menteri Energi Rusia menegaskan bahwa wacana pemotongan output bukanlah solusi terbaik di tengah trend permintaan global yang memang sudah menurun.

Seputarforex.com - Kejatuhan harga minyak mencapai 30 persen lebih pada awal pekan ini, dipicu oleh pecah kongsi antara Rusia dan Arab Saudi dalam upaya memotong produksi harian minyak mentah. Pada pertemuan pekan lalu, Arab Saudi mendesak Rusia untuk berkerjasama melakukan pemangkasan output guna meredam kejatuhan harga minyak.

Sayangnya, bujukan dari Saudi tidak disetujui oleh Rusia dan berimbas pada pengambilan sikap secara sepihak dari Arab Saudi. Salah satu negara produsen minyak terbesar itu berencana membanjiri pasar global dan mengobral harga minyak. Dengan kata lain, Arab Saudi dan Rusia saat ini sedang terlibat dalam perang harga minyak.

Dalam menyikapi kondisi yang semakin memburuk, Rusia melalui Wakil Menteri Energi Pavel Sorokin mengatakan bahwa permintaan Arab Saudi kepada Rusia untuk memangkas output sebanyak 300 barel per hari (bph) justru akan semakin membebani Rusia.

Wakil Menteri Energi Rusia

Sorokin lantas menambahkan, "Kami tidak bisa melawan situasi permintaan yang sedang menurun mengingat kita semua tidak tahu di mana posisi terendah berada. Sangat mudah untuk terjebak pada kondisi di mana saat Ada memangkas output, harga minyak akan naik sementara lalu kembali terperosok karena permintaan terus menurun."

Lebih jauh, Sorokin menegaskan bahwa Rusia terbuka untuk berdiskusiara dengan OPEC lagi. "Semua saluran komunikasi terbuka, hanya saja saya tidak dapat memprediksi kapan pertemuan dengan OPEC dapat dilakukan lagi dan kami tidak dalam perang harga dengan siapapun," demikian ungkapnya.

 

Kembali Melemah, Harga Minyak Terseret Turunnya Minat Risiko

Harga minyak mentah kembali terdepresiasi pada perdagangan hari Kamis (12/Maret), dipicu oleh aksi jual masif terhadap aset berisiko setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi meningkatkan status virus Corona dari Epidemi menjadi Pandemi.

Pada saat berita ini ditulis, harga minyak Brent diperdagangkan pada $34.17 per barel, melemah $2.5 dari level pembukaan harian. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) berada di kisaran $31.33 per barel, melemah 7.1 persen dari harga Open harian pada $33.36 per barel. Baik Brent maupun WTI hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Analis memperkirakan jika harga minyak justru berpotensi menguji kembali level Low awal 2016 yang tersentuh pada hari Senin (9/Maret) lalu.

292296
Penulis

Pandawa punya minat besar terhadap dunia kepenulisan dan sejak tahun 2010 aktif mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Penulis juga seorang Trader Forex yang berpengalaman lebih dari 5 tahun dan hingga kini terus belajar untuk menjadi lebih baik.