EUR/USD 1.079   |   USD/JPY 152.200   |   GBP/USD 1.261   |   AUD/USD 0.664   |   Gold 2,296.22/oz   |   Silver 26.56/oz   |   Wall Street 38,664.73   |   Nasdaq 15,840.96   |   IDX 7,134.72   |   Bitcoin 59,123.43   |   Ethereum 2,988.17   |   Litecoin 80.12   |   Penutupan mingguan GBP/USD di atas 1.2550 dapat menarik pembeli, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Pound Sterling bergerak lebih tinggi dengan perhatian tertuju pada NFP AS, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   Dolar AS melanjutkan pelemahan karena pasar menunggu data pekerjaan utama, 7 jam lalu, #Forex Fundamental   |   USD/CHF kehilangan daya tarik di bawah level 0.9100, menantikan data NFP, 7 jam lalu, #Forex Teknikal   |   Dow Jones Industrial Average ditutup naik 0.85% ke 38,225, S&P 500 juga menguat 0.91% ke 5,064, dan Nasdaq menanjak 1.51% ke 15,840, 15 jam lalu, #Saham Indonesia   |   PT United Tractors Tbk. (UNTR) menjadwalkan cum dividen pada hari ini, Jumat (3/Mei), 15 jam lalu, #Saham Indonesia   |   BEI menyetop perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mulai hari ini, 15 jam lalu, #Saham Indonesia   |   Shutterstock, Inc (NYSE: NYSE:SSTK) telah merilis laporan keuangan Q1/2024, melampaui ekspektasi pendapatan dan EBITDA dengan angka $214 juta dan $56 juta, 15 jam lalu, #Saham AS

Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP AS, Inflasi, Dan Cadev Indonesia

Penulis

Pelemahan Rupiah minggu lalu adalah yang terendah sejak krismon tahun 1998. Minggu ini, akan ada data inflasi dan cadangan devisa Indonesia, serta NFP AS.

Analisa mingguan USD/IDR berikut ini dibuat berdasarkan harga penutupan pasar minggu lalu (31 Agustus 2018), serta dimaksudkan sebagai acuan untuk trading jangka menengah dan panjang.

 

Tinjauan Fundamental

Sempat menguat di awal pekan akibat efek pidato Powell di Jackson Hole, Rupiah kembali tidak berdaya melawan keperkasaan US Dollar. Mata uang Garuda ditutup melemah 0.62% pada level 14725, dibandingkan penutupan minggu sebelumnya yang 14635. Di antara mata uang negara-negara Asia yang melemah versus USD, depresiasi Rupiah berada di urutan kedua setelah Rupee India (INR).

Pelemahan minggu lalu sudah nyaris sama dengan bulan September 2015, yang merupakan level terendah sejak Indonesia dihantam krisis moneter (krismon) pada tahun 1998. Meski menurut para pengamat fundamental ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik dari saat krismon '98, tapi penyebab kejatuhan Rupiah hampir tidak berbeda, yaitu capital outflow. Ini bisa dilihat dari anjloknya IHSG yang beriringan dengan pelemahan Rupiah.

Pengamat ekonomi asing berpendapat, pasar negara-negara berkembang sedang dilanda kekhawatiran menyusul krisis di Turki dan Argentina. Indonesia terimbas hal ini, karena termasuk dalam The Fragile Five di samping Turki, Brasil, India dan Afrika Selatan. Fundamental ekonomi Indonesia yang sehat dan bank sentral yang proaktif sebenarnya menyebabkan obligasi pemerintah Indonesia banyak diminati. Namun dengan kepemilikan asing yang hampir 40% dari seluruh obligasi negara, Indonesia dianggap sangat rentan terhadap gejolak di pasar global.

Bank Indonesia (BI) optimis akan ketahanan ekonomi Indonesia yang kuat. Dalam pernyataannya akhir pekan lalu, setelah Rupiah menembus 14700 per USD, gubernur BI mengesampingkan indikator atau tanda-tanda bahwa nilai tukar Rupiah akan bernasib sama dengan Lira Turki maupun Peso Argentina. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup bagus, inflasi rendah, dan kondisi stabilitas sistem keuangan juga terjaga. Pemerintah sudah komit untuk segera menekan Current Account Defisit (CAD) yang melebar. Sejumlah proyek termasuk infrastuktur yang sarat dengan bahan baku impor ditunda, dan sektor pariwisata sedang digenjot.

Untuk menjaga nilai tukar Rupiah dari pelemahan yang terlalu dalam, hingga minggu lalu BI masih terus melakukan intervensi di pasar uang, dan membeli SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder. Sebagian analis memperkirakan jika tekanan jual terus berlanjut, BI kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi.

Minggu ini akan dirilis data inflasi dan cadangan devisa (cadev) Indonesia bulan Agustus. Inflasi diperkirakan tidak banyak berubah, sementara cadev diperkirakan kembali turun ke USD118 miliar. Sementara itu, dari AS akan ada data tenaga kerja (Non Farm Payrolls, upah, dan tingkat pengangguran). Perkembangan isu perang dagang yang dilancarkan AS juga masih akan mempengaruhi sentimen investor.

Jika Rupiah berlanjut melemah, resistance kuat USD/IDR ada pada level 14784 hingga 14850, sedangkan jika menguat, support berada pada level 14660 hingga 14550.

 

Jadwal Rilis Data Fundamental:

Senin, 3 September 2018:

  • Jam 07:30 WIB: Indeks Manufacturing PMI Indonesia versi Nikkei bulan Agustus 2018: bulan sebelumnya: 50.5. Perkiraan: 50.6.


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP

 

  • Jam 11:00 WIB: CPI total Indonesia bulan Agustus 2018 y/y: bulan sebelumnya: +3.18%. Perkiraan: +3.30%.
    CPI total Indonesia bulan Agustus 2018 m/m: bulan sebelumnya: +0.28%. Perkiraan: +0.20%.
    CPI inti Indonesia bulan Agustus 2018 y/y : bulan sebelumnya: +2.87% (tertinggi sepanjang tahun 2018). Perkiraan: +2.90%.


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP

 

  • Jam 11:30 WIB: Jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia bulan Juli 2018 y/y: bulan sebelumnya: +15.21%. (tertinggi dalam 3 bulan).


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP

 

Kamis, 6 September 2018:

  • Jam 16:00 WIB: Indeks kepercayaan konsumen Indonesia bulan Agustus 2018 m/m: bulan sebelumnya: 124.8 (terendah dalam 3 bulan). Perkiraan: 124.0.


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP

 

Jumat, 7 September 2018:

  • Jam 17:00 WIB: Cadangan devisa (Cadev) Indonesia bulan Agustus 2018 month over month (m/m): bulan sebelumnya: USD118.30 miliar (terendah sejak bulan Januari 2017). Perkiraan: USD118.00 miliar.


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP

 

Data dan peristiwa berdampak dari AS minggu ini: Non Farm Payrolls, upah rata-rata, pengangguran, ADP Non Farm, ISM Manufacturing dan Non Manufacturing, serta pidato Fed Williams.

 

Tinjauan Teknikal


Analisa Rupiah 3-7 September 2018: NFP
klik gambar untuk memperbesar

Chart Daily : USD/IDR masih cenderung bullish (Rupiah masih cenderung melemah), menyusul terbentuknya pola candle three white soldiers:

Kecenderungan bullish didukung oleh:

  1. Harga berada dekat kurva upper band indikator Bollinger Bands, dan titik indikator Parabolic SAR masih berada di bawah bar candlestick.
  2. Kurva indikator MACD memotong kurva sinyal (warna merah) dan bergerak di atasnya, serta garis histogram OSMA berada di atas level 0.00.
  3. Garis histogram indikator ADX berwarna hijau dan berada di atas level 25, menunjukkan sentimen bullish yang masih kuat.

Level Pivot mingguan : 14677.67

Resistance : 14761.00 (61.8% Fibo Expansion) ; 14784.00 (harga tertinggi 29 September 2015) ; 14857.00 (76.4% Fibo Expansion) ; 15000.00.

Support : 14688.00 (level 50% Fibo Expansion) ; 14662.00 ; 14611.00 (38.2% Fibo Expansion) ; 14540.00 ; 14488.00 ; 14440.00 ; 14388.00 ; 14298.00 ; 14210.00 ; 14171.00 ; 14106.00 ; 14038.00 ; 13983.00 ; 13923.00 ; 13845.00 ; 13795.00 ; 13736.00 ; 13693.00 ; 13624.00 ; 13538.00 ; 13485.00 ; 13400.00 ; 13362.00 ; 13314.00 ; 13263.00 ; 13212.64 ; 13171.00 ; 13082.00 ; 13048.00 ; 12990.00 ; 12899.00 ; 12800.00 ; 12754.00 ; 12623.00 ; 12560.00.

Indikator: Simple Moving Average (SMA) 200 dan EMA 55 ; Bollinger Bands (20,2) ; MACD (12,26,9) ; OSMA ; ADX (14).

Fibonacci Expansion :

Titik 1: 13920.00 (harga terendah 20 Juni 2018).

Titik 2: 14560.00 (harga tertinggi 24 Juli 2018).

Titik 3: 14368.00 (harga terendah 27 Juli 2018).

 

Arsip Analisa By : Martin
285125
Penulis

Martin Singgih memulai trading sejak 2006. Pernah menjadi scalper dan trader harian, tetapi sekarang cenderung beraktivitas sebagai trader jangka menengah-panjang dengan fokus pada faktor fundamental dan Money Management. Strategi trading yang digunakan berdasarkan sinyal dari Price Action dengan konfirmasi indikator teknikal.

Perlu tukar mata uang ?

Konversi valas ke rupiah atau sebaliknya ?
bisa lebih mudah dengan kalkulator kurs. Temukan disini.


Yoahanes Sigit

Pak Martin ysh.

Apakah tidak ada data capital outflow ya?

Mauliate

Martin S

@Yoahanes Sigit:
Bisa dilihat di data World Bank, disini.